Tentunya publik mendambakan sosok pemimpin yang benar- benar mumpuni untuk menjadi kepala daerah.
Banyak kriteria. Sehingga hampir- hampir susah untuk menemukan pemimpin yang baik.
Salah satunya :
1. Mengamalkan PANCASILA
Sila 1 PANCASILA : "Ketuhanan Yang Maha Esa"
Pada penjabarannya, seluruh warga negara Indonesia wajib menghormati keyakinan setiap pemeluk agama dan menghargai setiap pemeluk agama dalam melaksanakan ajaran agamanya.
Nah, di media pada rame tuh : sosok pemimpin yang bilang "Mau ajadi bodohin ama Al-Maidah ayat 51"
Entah dia khilaf atau apa, yang jelas dia mengucapkan itu atas kesadaran diri, tanpa ada paksaan, dan mengemukakan pendapatnya.
Perilaku dia itu bisa kita kembalikan ke dasar negara kita yaitu PANCASILA.
Sudahkah itu mencerminkan PANCASILA ?
Nah..ini membuat saya bertanya- tanya.
1. Baru jadi pemimpin provinsi aja sudah berani menentang PANCASILA. Apalagi kalo sudah pemimpin RI ? Bisa - bisa UUD 45 dan PANCASILA di ganti juga.
2. Baru jadi calon, sudah berani menistakan agama warganya. Kalo jadi sungguhan, apa lagi yang tersisa dari warganya ? Bakal lebih babak belur deh kayaknya.
3.Kyai, ulama, ustads dalam Islam sangat berhati- hati dalam menafsirkan Al-Qur'an. Begitupun umat muslim, sangat menghormati dan berusaha menjalankan sungguh- sungguh ajaran agamanya.
Ini , ada orang yang tidak kapabel sama sekali dalam hal penafsiran maupun bahasa Al-Qur'an...langsung gebrak sana gebrak sini.
Jangan- jangan dalam hal lain (ketatanegraaan, tata kota, administrasi, pembangunan dan lain- lain ...dia juga nggak kapabel sama sekali). Cuman modal berani ngomong keras, gebrak...jalan.
Tidak menutup kemungkinan semuanya adalah keputusan yang salah, sehingga yang sengsara rakyat juga.
4. Pendeta, Pastor , Rahib dan Kyai....pemimpin- pemimpin agama , walaupun tidak sepaham tapi saling menjaga toleransi yang sudah terbangun sejak Indonesia lahir. Tidak akan mengungkit hal se SARA ini ke khalayak ramai. Demi ketentraman umat. Dan menghormati INDONESIA. PANCASILA.
Apa yang mendasari seorang calon untuk tidak mengindahkan tatakrama seperti ini.
Jangan - jangan dia tidak peduli PANCASILA.
Jangan- jangan dia tidak peduli INDONESIA.
Jangan- jangan dia berpikir " Entah apa jadinya INDONESIA, ya terserahlah....Yang penting gue jadi...."
Hati- hatilah sobat.
Cermatlah dalam memilih.
Terimakasih