Jumat, 04 Maret 2016

Kisah Lima Sales Geblek Episode : Ko Tiok

Selamat membaca kisah Lima Sales Geblek
Karya Asli : Mr. Nyo

Ko  Tiok
 
Pelaku / Sales : Tiok


Tak terasa sudah pukul 10 malam.
Dan Chika sudah habis kesabaran menunggu.
“Alaaaaah  yangggg,….bener nggak jadi nih?” sekali lagi dia memamerkan keindahan tubuhnya yang hanya terbungkus gaun minim. Berharap Ko Tiok bangkit keperkasaannya seperti yang lalu- lalu.



Tapi malam ini seolah tenaga Ko Tiok bersembunyi entah kemana. Kelelakiannya benar- benar tak berkutik.
Chika membenahi pakainnya. Ko Tiok memeluknya mesra. Berpagutan erat seolah tak mau dipisahkan.
“Lain kali ya beib…” Tiok membisik mesra. Chika membalasnya dengan ciuman panjang.
Mereka bergandengan tangan , keluar dari hotel yang menjadi saksi kisah mereka setahun belakangan ini.
Mesra banget deh pokoknya, seperti remaja yang lagi kasmaran.
“ Makan sate padang yuk !!” Tiok membuka suara saat mereka keluar dari areal parkir mobil.
“ Males ah..udah malam. Anak- anak pasti pada nunggu. Pulang aja ya….”
“ Baiklah “
“ Nggak papa kan say…” Chika mencium Tiok.
“ Nggak papa…lain kali kan bisa”
Mobil itu melaju menyusuri malam yang mulai larut.
“Maaf ya, kali ini nggak bisa muasin kamu “ Tiok membelai tangan Chika.
”Koko lagi banyak pikirin yak?? Atau capek ?”
“Hmm…iya. Pusing dengan banyak urusan minggu- minggu ini”
“Tetap semangat ya…”
“Iya….”
Tiok mengantar Chika ke sebuah pusat perbelanjaan. Mobil Chika di parkir di situ. Chika akan pulang ke rumah sendiri dengan mobilnya, begitu juga Tiok.
Sekali lagi mereka berpagutan, tak peduli beberapa mata yang melirik mereka.
“ Da….hati- hati ya yang. Miss u “
“ Miss u too…
Tiok segera memacu mobilnya kencang. Sudah pukul 12 malam lewat.
Istrinya tertidur pulas di sofa. Dengan hati- hati Tiok masuk kamar, ganti pakaian.
Tak perlu mandi karena tadi udah mandi di hotel. Dengan berjingkat dia melangkah ke dapur. Tak dinyana sang istri sudah menunggu di sana. Sedang mengambil air minum di kulkas.
“Kirain tidur kantor” ujarnya tanpa menoleh.
“ Ah…enggak. Kan aku udah bilang bakal balik walau malam”
“ Kerjaan macam apa sih, kok sampai larut begini ? Persaan bos mu pun nggak sampai selarut ini pulangnya”
Pembicaraan yang pasti menuju pertengkaran jika terus dilanjut. Tiok berusaha mengalihkan pembicaraan.
“ Namanya juga ngejar target, ada aja tugas dan laporan yang musti kelar malam ini dan dipakai meeting esok pagi “ Tiok mencari alas an.
“Sampai malam begini?”
Tiok mengangguk.
“Andik tadi kesini. Seperti biasa dia mau pinjem uang “
Andik adalah adik Tiok.
Setelah kena PHK dari pabrik tempatnya kerja dia jadi sering hutang ke Tiok.
”Truss…kamu beri “
“Aku nggak ada uang. Hanya sisa sedikit untuk bayar listrik dan sekolah anak- anak. Tgaihan lain- lain bulan ini juga belum dibayar. Kita sendiri kehabisan duit. Kamu ? Duitmu masih ada kan ?”
Tiok menghela nafas panjang. Dalam batin dia berteriak “ Aku mana punya duit. Duitku entah habis kemana? Mungkin habis untuk kongkow ama teman- teman, kencan dengan Dewi, Chika, dan masih banyak lagi. Habis sudah semuanya”
“Ada “ jawab Tiok singkat untuk menenangkan hati istrinya.
“ Syukurlah..Saat ini ita harus berhemat. Dan sebelum ngasih hutang ke saudara- saudaramu, tengoklah kebutuhan keluargamu dulu “ ujar istrinya.
Tiok mengangguk. Di ambilnya botol minuman yang digenggam sang istri.
“Kamu nggak ngantuk?”tanya Tiok.
“Nggak …..(istrinya seolah berpikir sejenak)….malah aku ingin bercinta malam ini”
(Ahh..istrinya selalu terbuka dan terang- terangan untuk urusan satu ini).
“Wah..musti minum obat dulu ini “
“Jangan pakai dopping pa…nggak baik untuk kesehatan. Papa kan masih sehat. Tak usahlah pakai yang begituan”
“Iya……”
Tiok tersenyum kecut. Istrinya bahkan tidak mengetahui bahwa hasrat dan tenaganya sudah terbuang di sana- sini.
Sudah pukul 03:00. Mata ini tak jua kunjung terpejam.
 Tiok gelisah. Sang istri tidur nyenyak di sampingnya.
Hmm…untung tadi Tiok bisa “bangun” sehingga sag istri bisa ia layani dengan baik. Kalau tidak…pasti malam ini akan jadi malam yang panjang. Istrinya bakal ngomel kesana kemari dan entah apa yang akan terjadi.
Pikiran Tiok melambung kesana kemari. Sebenarnya lakon apa yang sudah dia perankan selama ini. Ayah yang baikkah? Atau suami yang baik ? Atau pacar yang baik ? Yang lebih parah..selingkuhan yang baik ? Dan peran apakah yang paling dominan ia jalani ?
Ayah yang baik ? Bahkan selama ini dia jarang ngurus rumah, istri maupun anaknya. Bahkan Donny anaknya jarang bercakap- cakap dengannya.
Suami yang baik ? Lucu. Bahkan seolah hanya pengkhianatan yang selalu ia lakukan.
Pacar dan selingkuhan ya baik ? Tiok tersenyum. Ini yang kayaknya dominan. Seolah bukti kelelakiannya masih hidup. Tapi mau sampai kapan ? Kejadian dengan Chika tadi seolah menjadi peringatan baginya. Kalau dia sudah “lesu” maka habislah riwayatnya.
Menurut pengalamannya….seorang pria dan wanita dewasa yang sudah berpengalaman kemudian menjalin hubungan dekat ..ujung- ujungnya ya “itu”. Mungkin hanya satu dari sekian ribu yang “tidak”.
“Kelesuan “ saat dengan Chika tadi seperti tamparan keras bagi diri Tiok yang selama ini dikenal garang dan rakus. Tapi….aahhh. Tiok tak mau mengingat lagi.
Pikiran Tiok melayang ke kondisi uangnya saat ini. Bokek.
Padahal gajian masih jauuuuh. Bagaimana melewati beberapa minggu ke depan tanpa uang? Pasti pacar- pacarnya suatu saat bakal telpon : “ kapan nih dinnernya? Kapan kita yayang- yayangan lagi ?” Belum lagi jika saudaranya butuh duit alias ngutang. Belum lagi Donny kadang harus bayar iuran tambahan.
Bagaimana ini bisa dijalani tanpa ada duit?
Istrinya bahkan tidk tahu bahwa ia udah bokek. Istrinya masih menganggap Ko Tiok punya tabungan. Padahal ??? Andaikan ia tahu…BAH…bisa pecah perang dunia ke III.
Semakin dipikir , semakin pusing.
Dan warna merah terang mulai tampak dari ufuk timur. Pagi hari mulai menyapa bumi pertiwi dengan cerahnya. Seolah memberi harapan bagi setiap jiwa untuk kembali memperjuangkan setiap asa dan cita- cita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar