Jumat, 25 Maret 2016

Lima Sales Geblek dalam Episode Herry Part 3


Herry …part 3

Sales : Tiok

“Bahh…sialan tuh Herry !!!”

Tapi apa mau dikata. Nasi sudah jadi bubur . Terlanjur. Sekarang Tiok melewati harinya dengan penuh kebingungan. Contact kesana kemari berharap ada lowongan pekerjaan. Bagaimanapun hidup terus berlanjut, dan tetap butuh duit untuk tetap hidup.

“Ikut aku aja Tiok “ Pak Herman memberi tawaran.


Pak Herman adalah atasan Tiok yang juga udah resign enam bulan sebelum Tiok. Oke, tawaran itu diterima. Daripada nganggur.

Tiok bersama pak Herman menjadi freelance , yang mencari order dan kemudian dilempar ke perusahaan yang memproduksi barang.

Karena hanya berdasar komisi, sedang pengeluaran harian juga lumayan besar segera saja Tiok sudah kehabisan duit. Padahal sebagian besar pengeluaran untuk pekerjaan sudah ditanggung Pak Herman. Tapi…? Tetap aja kurang. Hingga suatu siang, saat di warung kopi Pak Herman membuka suara.

“Tiok, susah nih kalau kondisi begini terus. Tabunganku udah menipis. Sementara pengeluaran makin hari makin  besar. Bagaimana menurutmu ?”

“Iya pak…sulit untuk diteruskan “ komentar singkat dari Tiok.

Pak Herman manggut- manggut.

“Aku akan berhenti Tiok. Mau kerja kantoran lagi. Kebetulan aku ditawari. Jadi kuambil saja kesempatan itu “

“Iya pak. Ambil aja. Mumpung ada. Entar keburu disamber orang “

“Kamu nggak papa kan?”

“Nggak papa pak “

Kemudian hening. Bekerja bersama Pak Herman juga memberinya banyak wawasan. Berat untuk ditinggalkan, tapi tanpa Pak Herman…gimana menjalaninya ?

Tiok mulai memikirkan untuk cari kerja lagi.

Sore hari mereka berpisah. “Semoga sukses selalu “

Saling mendo’akan yang terbaik.

Deru knalpot motor bebeknya bercampur dengan lalulintas yang hiruk pikuk. Lampu Merah. Tiok berhenti. Di sebelah kanannya , berhenti juga AVANZA putih. Iseng Tiok memperhatikan si empunya AVANZA.

“Herry ? Ah..nggak mungkin. Tapi kok mirip ya ?”

Kayaknya si empunya AVANZA juga nyadar kalau diperhatikan Tiok. Dia membuka kaca. “Tiok !!!” serunya.

“Herry ?”

Busyet …itu Herry beneran. Dasar edan tuh anak, sudah jadi dalang penggelapan duit masih aja bisa bergaya.

Herry memberi isyarat untuk menepi. Tiok pun ikut menepi.

“Wee….mas brow !! Gimana kabarnya !!” Herry mengulurkan tangan dengan sumringah.

Tiok menyambutnya dengan senyum canggung.

“Baik “

Melihat Tiok agak jaga jarak Herry maklum.

“Ah, sudah kerja dimana sekarang ?”

(Setan, rupanya dia tahu juga kalau aku sudah keluar : batin Tiok).

“Hmm..masih nganggur nih “

“Lho…bukannya kau banyak channel. Manfaatin dong !” 

“Iya…” Tiok tersenyum ipis.

“Nggak enak omong disini. Kita cari kafe yuk !!”

Bak kerbau dicocok hidungnya, Tiok mau aja. Toh dia juga nganggur. Dan lagian sesudah kejadian Herry “menggelapkan mobil perusahaan” Tiok tidak dituntut apapun. Jadi nggak ada ruginya bagi Tiok. Cuman dia jadi kehilangan pekerjaan. Urusan dengan Herry dianggapnya sudah selesai. Sudah Tiok maafkan.

“Kerja apa sekarang ?”

Herry hanya tertawa kecil mendengar itu.

“Tio…tiok. Kamu masih aja polos. Emang kalau nggak kerja kita nggak bakalan makan? Nggak khan? Masih banyak cara agar kita nggak kerja tapi tetap bisa makan dan bersenang- senang “.

“Meski dengan menipu “ tandas Tiok lagi.

“Buahh..ha..ha. Rupanya kau masih sakit hati. Ayolah..Kamu kan tidak kurugikan apapun. Yang kuambil adalah milik perusahaan.

“Tapi namaku yang jelek”

“Ah…sebenarnya kau tetap diterima di perusahaan itu. Toh yang kau laporkan tetap namaku. Jadi sebenarnya kamu tetap bersih “

“Tapi kenyataannya tidak begitu “

“Oke..oke. Kita disini akan ngebahas masa lalu yang nggak bakal terulang kembali atau ngebahas masa depan nih ?”

Tiok meredam emosinya. Sosok Herry bear- benar musti di waspadai. Tiok nggak mau terjebak untuk kedua kali.

“Aku sekarang mecoba jadi distributor bahan kimia Tiok. Dan aku butuh sales yang tahan banting untuk memperkenalkan produk-ku ini. Kamu tertarik ?”

Sebelum Tiok menjawab “tidak” Herry menyodorkan kartu namanya.

“Nggak usah dijawab sekarang. Pasti kamu butuh waktu untuk memikirkannya.” pungkas Herry.

Tiok termangu.

“ Oke..sudah dulu yak. Aku ada prospek yang musti kutemui.”

Tiok mengangguk.

Dan seperti biasa Herry yang membayar semuanya. Masih royal seperti biasa.

AVANZA putih melaju, meninggalkan Tiok yang siap juga hengkang dari tempat itu.

Herry kayaknya udah berubah. Tapi juga nggak mudah bagi Tiok untuk percaya lagi.

Besok dia akan mencari kesempatan lain, asal bukan Herry.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar