HERRY…
Sales : Tiok
(10 tahun yang lalu)
“Tiok…ayo !” Herry memberi tanda ke arah Tiok.
“Sebentar bang..belum kelar nih pekerjaan. Sebentar lagi ya…”
“Bahh…kau ini seperti yang paling rajin saja. Bisa diselesaikan besok itu…..”
“Sebentarrr baaanngg…..” Tiok harus agak tegas. Laporannya ditunggu bos besar dan bakalan jadi masalah kalau Tiok lambat menyerahkan.
Herry geleng- geleng keala. “Dasar penakut. Biklah kutunggu kau di tempat parkir !!”
Herry melenggang pergi.
Tiok terpekur dengan laporannya lagi.
“Sialan !!! Kenapa nggak kemarin- kemarin si bos ini minta ginian . Bahh !!!”
Jemari Tiok seperti penari kikuk di atas pentas. Dia nggak hapal tuts keyboard dengan baik. Pekerjaannya menjual, bukan bikin laporan. Dia melihat Mona yang juga sama- sama sibuk.
Kayaknya saat ini bukan waktu yang tepat buat minta bantuan Mona.
HP berdering. Herry. “Sial !! Bikin nggak tenang aja tuh anak “ batin Tiok. Dia menekan tombol silent.
Tak berapa lama sms masuk. Dari Herry.
“nanti kamu nyusul saja, ketempat biasa”
Tiok membalas sms itu. “oke”
Sekarang fokus ke laporan dulu.
“Lama banget !!” protes Herry.
“Ada yang musti di revisi . Tapi udah beres kok “ Tiok memberi alas an. Tiok “toss” dengan Yudha yang juga sudah hadir di situ. Herry dan Yudah masing- masing bawa cewek. Entah siapa mereka. Tapi yang jelas semua siap untuk berpesta.
Hentakan musik di “The Colour Fire Club” mulai masuk ke jiwa. Membangkitkan hasrat untuk bergembira. Berjingkrak. Hepi- hepi. Yiesss…….
Seolah Tiok masuk ke dunia yang penuh warna dan ceria. Baru melantai dan berjingkrak sejenak dia sudah ngos- ngosan. Tiok balik ke tempat Herry dan Yudha.
“Wah…sudah ngos- ngosan ini “ Tioak membuka kerah bajunya. Keringat mengalir deras.
Herry melempar pil ke atas meja.
“Kan sudah kubilang, nggak bisa pakai tenaga biasa. Musti doping. Tuh..ambil aja. Gratis”
Tiok tahu efek dari pil itu. Dia sudah mencobanya beberapa kali. Badan jadi terasa ringan, tenaga seperti meluap- luap. Siap untuk party sepanjang malam.
Dan selama ini, semua pil ini gratis dari Herry. Heran tuh anak, duitnya banyak banget.
“Berapaan nih ?” Tiok basa - basi.
“Kan udah kubilang GRATIS . Nggak bayar sepeser –pun “
“Bos Herry emang baik. Joss gandhos kotos - kotos” Yudha mengangkat gelasnya untuk bersulang.
Mereka bersulang. Untuk kegembiraan yang bakalan mereka lalui.
Tiok menenggak dua pil. Setengah jam kemudian dia sudah merasa ringan. Fly. Ringan sekali. Sehingga bawaannya pengen joget aja. Jingkrak- jingkrak. Tertawa. Hepi…hepi. Aseeekkk…..
Sudah jam 03:00 dini hari. Mereka ambil kamar yang nggak jauh dari “the colour”. Satu kamar yang agak besar. Di situ mereka melanjutkan pesta. Tentu saja dengan teman cewek mereka. “Oooohh…indahnya dunia”
Tiok melirik jam. Sudah pukul 05:00. Dan dia sama sekali belum tidur. Setitik akal warasnya merindukan Anna sang istri dan Dito sang anak. Ayah macam apa aku ini ? Sedetik Cuma. Setelah itu gelap. Tiok tertidur pulas.
Sang fajar pun mulai merekah dengan garang di ufuk timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar