Pintu kamar di kunci. HP dimatikan. Rio membuka
lembaran kertas yang dia bawa dari mbah To.
Masalah Rio
|
Jadi
GIGOLO
|
Ditinggal
pacar yang sama- sama lelaki
|
Rio memulai dari yang nomor dua. Entah mengapa
setiap ingat Burhan, dia langsung sakit hati. Dan itu mengganggu sekali. Apakah
dia benar- benar mencintai Burhan atau memang karena hal lain ? Rio mulai
bertanya pada dirinya sendiri.
Pikiran Rio :
Mengapa aku suka Burhan ?
Rio : Mungkin
karena Burhan perhatian, sabar , santun dan yang paling penting adalah aku
merasa tentram setiap di sampingnya.
Pikiran Rio :
Jika Burhan juga mencintaimu, apakah kalian akan menikah ?
Rio : Nggak
tahu. Itu bisa saja. Tapi tidak di negeri ini. Mungkin kami akan tinggal
bersama tanpa ikatan pernikahan. Bukankah itu sah- sah saja.
Pikiran Rio :
Apakah orang di sekitarmu juga melakukan hal yang sama sepertimu ?
Rio : Nggak
juga. Malahan umumnya sih cowok ya nikah dengan cewek.
Pikiran Rio :
Menurutmu, mengapa mereka memilih seperti itu dan kamu seperti ini ?
Rio : Yeee…hidup
mereka bukan urusan gua. Privasi masing- masing lah..
Pikiran Rio :
Jika mereka memilih hidup sepertimu, apa yang akan terjadi ?
Sekali lagi, itu bukan urusan gua. Lagian gua
bukan dukun yang bisa melihat masa depan.
Pikiran Rio :
Ayolah Rio..berpikir lebih jernih. Berpikir jauh kedepan. Bayangkan saja jika
detik ini , seluruh cowok melakukan apa yang kamu lakukan yaitu menyukai sesama
cowok. Apa yang akan terjadi ?
Rio : Hmmm…yang
jelas cewek- cewek bakal pada nganggur karena nggak ada yang ngegodain. Kasihan
…..
Pikiran Rio :
Oke… berikutnya apa ?
Rio : Apa
ya ???
Pikiran Rio :
Kalau cewek- cewek sudah nggak hamil (karena sudah nggak ada yang menghamili)
apa yang akan terjadi ?
Rio :
Nggak ada lagi bayi- bayi yang lahir.
Pikiran Rio :
Coba bayangin kalao setahun dua tahun lima tahun berturut- turut bahkan sampai
30 tahun kedepan tidak ada bayi yang lahir, apa yang akan terjadi ?
Rio :
Manusia musnah dari muka bumi
Pikiran Rio :
Nah..akhirnya lu nyadar khan betapa bahayanya pilihan lo ? Lo tuh udah mulai
membuka salah satu pintu kepunahan manusia di muka bumi.
Rio :
Jangan lebayyyy deh
Pikiran Rio :
Buktinya..gawat lho jika pilihan itu ditiru banyak orang. Dan lagian lo tuh
juga harus ingat..adanya lo, Burhan dan T.Mira itu berkat orang tua lo yang
cowok dan cewek. Ngerti nggak sih lo…
Rio :
Iya..ya. Gue ngerti. Berisik lu ah..!!
16
Pikiran Rio :
Jadi lo udah nyadar kalo pilihan lo itu salah ?
Rio :
Iya…salah.
Pikiran Rio :
Jika awalnya salah, selanjutnya pasti bermasalah.
Hmm…jadi ingat sama mbah To.
Yah…ternyata lu benar mbah dan gua yang salah.
Emang sih, selama ini gua bersembunyi dibalik kedok kebebasan ekspresi dan
pilihan hidup. Gue juga tahu pilihan ini sebenarnya salah. Dan nggak nyangka kalau
akibatnya bikin hidup gua nggak tentram.
Kepala Rio cenat- cenut. Pusing. Ah..cukup sudah
acara mikir hari ini. Gua mau tidur.
Besok Rio
berencana menemui mbah To lagi.
17
T.Mira menggedor kamar Rio.
DARR…DERRR…DORRRR (diulang sampai 10 x)
Rio…Rio…Rio…..(diulang sampai 10 x)
T.Mira mencoba menelpon. Kali ini panggilan yang
ke 30. Tak ada jawaban. Ada nada sambung, tapi nggak diangkat.
“ Sial..dimana tuh anak. Saat dibutuhkan selalu
saja ngilang “
Tetangga : Maaf tante..cari Rio ya ? (tetangga
sebelah Rio menjulurkan kepalanya kayak kura- kura keluar dari tempurung).
T.Mira : Ya..iyalah. Pake nanya !! Ini juga yang
gua gedor kamarnya Rio !! (nada ketus)
Tetangga : Idiiiih. Gitu aja sewot. Mo dikasih
tahu nggak ?
T.Mira : Mau. Cepetan !!
Tetangga : Waahh..udah nggak sabar banget ya sama
Rio. Kita- kita juga bisa ngegantiin Rio kok Tante ..
T.Mira : Busyet dah. Lo mo ngasih tahu kagak !!??
Cepetan. Gua nggak ada urusan sama lo. Nggak level.
Tetangga : Ye..mo dibantu tapi galak gitu. Males
ah (tetangga mulai balik kanan)
T.Mira : Ehhh..tungu- tunggu Mas. Saya mo banget
dikasih tahu. Maapin ya. Plisss.. Ini URGENT. Jadi buru- buru. Maapin ye…
Tetangga : Baiklah…Rio keluar sejak pagi tadi.
Katanya mau ke rumah mbah siapa gitu..lupa saya.
T.Mira : Sama siapa?
Tetanga : Sendirian.
T.Mira : Yakin lo..???
Tetangga : Yakin banget.
T.Mira: MM..Mbah siapa ya ?? Dan kemana ?
Tetangga : (menggeleng)
Setelah berterimakasih, T.Mira pergi.
Jempolnya mengirim pesan : Dimana km ?? Penting !!
Tak jua ada balasan.
“Sialan
kamu Rio..SIAL..SIAL..SIAAAAALLLLLL”
18
Sementara itu di tempat mbah To
Mbah To : Syukurlah kalau nak Rio sudah mulai
insyaf.
Rio :
Tapi berat mbah. Gua kagak yakin bisa. Terlalu berat banget.
Mbah To : Terus ? Apa yang bisa mbah bantu ?
Rio : Ada
do’a atau jampi- jampi apa gitu mbah, agar semuanya serba mudah gitu .
Mbah To : He..he…Kalau semuanya serba mudah, nggak
ada tantangan lagi. Malah nggak asyik khan ?
Rio :
Enaknya gimana ya mbah ?
Mbah To : Bertahap nak Rio. Pelan- pelan saja.
Kayak lagunya KOTAK itu lho. Sedikit demi sedikit tapi pasti itu lebih baik
daripada grusa- grusu tapi langsung
berhenti mencoba. Saya yakin nak Rio bisa.
Rio : (terdiam)
Mbah To : Bismillahhirrohmanirrohim. Dengan
menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Rintangan dan
godaan masih banyak menghadang. Asal nak Rio percaya, Tuhan akan selalu memberi
jalan dan pertolongan. Para pejuang kita dahulu, saking percayanya pada Tuhan
sehingga di Undang- Undang Dasar 45 tertulis “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan di dorong oleh keinginan luhur “. Nak Rio lihat kan,
ada kaitan erat di sini antara niat baik dengan rahmat atau pertolongan Tuhan ?
Rio :
Gitu ya mbah ?
Mbah To
mengangguk pasti. Rio semakin mantap untuk meninggalkan lakon hidup yang kini
disadarinya salah.
19
Burhan sudah mulai jauh dari ingatan. Rio pun
sudah mulai berhenti dari profesinya. Sekarang masalah yang dihadapi adalah
nggak punya duit. Pekerjaan yang dinilai halal belum sanggup menghasilkan uang
yang cukup untuk biaya hidup. Gaya hidup Rio pun berubah drastis, menyesuaikan
dengan dana. Risih, tak nyaman dan malu mulai bergelanyut.
Pikiran Rio :
Goblok Lu. Ngapain susah- susah ? Tinggal hubungi T.Mira dan tante- tante yang
lain…masalah uang pasti beres.
Rio : Aku
nggak mau nyerah !!
Pikiran Rio : Susah brooww!! Hari gini masih mikirin salah
dan dosa. Emang kalo lu kelaparan ..orang lain atau mbah To yang sok alim itu bisa
bantu elo ??.
Rio : Diem
lu ah !!! DIEEMMMMMM !!!!!!
Rio harus pergi dari bayang- bayang dunianya. Dia
susah berubah kalau T.Mira masih terus mengunjunginya. Dan teman- temannya
nyamperin dan ngajak ajojing. Susah
menolak ajakan mereka. “ Aku harus pergi !!! “
Tiba- tiba Rio hilang dari peredaran. Teman-
temannya bingung nyariin. Nomor HP juga udah nggak aktif. Pergi kemana tuh anak
?
T.Mira yang paling ngerasa kehilangan. Tanpa
pamit, tanpa kata perpisahan Rio lenyap begitu aja dari pandangan. Tanpa ada
harapan untuk bertemu lagi.
“Dimana kamu Rio ??? Dimana ??? Apakah aku ini
sebegitu hina sampai tak kau beri salam perpisahan?”
T.Mira menyukai Rio. Bukan hanya sebagai pelepas
hasrat, tapi…apa ya? Dia sungguh- sungguh sayang Rio tanpa syarat. Dia merasa cocok aja dengan Rio walau
menurutnya Rio itu bandel, banyak ngebantahnya. Dan …dia merasa nyaman dengan
tuh anak. “ Trus kemana gue musti
nyarinya ??”
20
Satu dua bulan berlalu. Kini menginjak bulan
ketiga. Untuk memenuhi biaya hidupnya, Rio kerja serabutan. Apa aja yang
penting halal. Kadang ikut kerja borongan di pabrik, tapi begitu pabrik sepi
..ya libur lagi. Ikut kerja di toko , ikut kerja di home industry, gunting
pamphlet, jahit sepatu anak- anak, tas dll. Bukan pekerjaan yang menjanjikan
limpahan materi.
Kadang Rio tersenyum kecut. Dulu, tariff dia bisa 300
ribu sampai satu juta. Bahkan semalam kalau beruntung, dia bisa memperoleh
bersih lima juta. Sekarang boro- boro lima juta semalam, sebulan dua juta aja
udah setengah mati. Itu pun peras keringat habis- habisan.
Pengeluaran musti ekstra ketat kalau tidak ingin
menambah banyaknya utang.
Tempat hiburan malam, hotel, restoran mahal, baju
bermerk, parfum mahal, sepatu di atas satu juta, kaos seharga 600 ribu lewat
sudah. Tak terjangkau lagi.
Kost bukan di apartemen atau rumah mewah, tapi
cukup di gang- gang sempit yang selalu banjir setiap musim hujan tiba.
Makan cukup di warung mbok Nah seharga 6000/ porsi
+ es teh. Bahkan kalau uang sudah nipis, Rio sudah ahli membuat Indomie + telur
+ minum air putih banyak- banyak. Ha..ha…ha….Inikah hidup kere ? Inikah jalan hidup yang benar ? Rio nggak yakin. Biarlah ini
dia jalanin dulu.
“Toh..kalau nggak kuat, aku bisa berhenti kapan
saja “ pikir Rio.
21
Sore itu Rio berkunjung lagi ke mbah To. Tak lupa
ia membawa dua kilo mangga yang ia beli dari Pak Ujang, pedagang buah kaki
lima.
Mbah To : Wah..pake repot bawa mangga segala.
Rio :
Nggak repot mbah. Mumpung ada.
Buah mangga pun berpindah tangan.
Mbah To : Ada apa ini gerangan ? Kayaknya ada yang
penting banget.
Rio :
Iya, ada yang mau saya tanyakan mbah.
Mbah To : Apa itu ?
Rio :
Sesuai saran dari mbah, saya berusaha memulainya dengan sesuatu yang benar.
Harapan saya , jika awalnya sudah benar kelanjutannya adalah kebaikan dan
kebahagiaan.
(mbah To manggut- manggut)
Rio :
Tapi sepertinya itu berat mbah. Mengapa sesuatu yang baik dan benar itu
selalu identik dengan kekurangan uang
ya?
Mbah To : Maksudnya..?
Rio :
Saya sudah berusaha cari pekerjaan jujur. Dan halal. Tapi hasilnya ?? Nihil. Bahkan
untuk makan pun saya masih sering ngutang.
22
Mbah To : Ooooo…..begitu (sambil manggut-
manggut). Nak Rio merasa seperti itu?
Rio : Iya
mbah…susah banget jadi orang baik..
Mbah To : Kadang kita menilai sesuatu dari jumlah
uang yang dihasilkan, bukan dari sisi selain uang…betul begitu nak Rio ?
Rio :
Betul mbah.
Mbah To : Bukan menilai dari seberapa besar
manfaat yang kita peroleh dari usaha yang kita lakukan.
Rio : Gua
nggak ngerti mbah.
Mbah To : Dulu, ketika banyak uang kamu ngerasa
hidup lu nggak tenang. Tidur tak nyenyak dan selalu gelisah. Bandingkan dengan
sekarang ! Hidup lu tenang, jarang gelisah dan bisa tidur dengan nyenyak kan ?
Rio :
Gimana nggak tidur nyenyak, pulang kerja aja badan capek semua. Gimana sempat
gelisah…lha wong langsung tidur karena kecapekan.
Mbah To : He..he..hee…Terus maunya gimana ?
Rio :
Nggak ngerti juga mbah. Bingung.
Mbah To : Itu pertanda baik nak Rio.
Rio :
Baik gimana mbah ?
23
Mbah To : Berarti kamu masih mau mikir. Banyak lho
orang yang nggak tahu, main tabrak sana- tabrak sini, nggak pernah mikir ini
benar atau salah.
Rio :
Tapi tetap aja gua bingung mbah. Apakah kebenaran itu identik dengan kemiskinan
? Jujur berarti hancur ?
Mbah To : He..he..he. Kok jadi pesimis gitu sih.
Ya nggak gitu juga kaleee….. Banyak orang jujur hidup sukses dan kaya raya.
Walau tak sedikit pula yang kere. Banyak bajingan koruptor yang kaya raya. Tapi
banyak pula yang akhirnya jadi kere, sakit jiwa bahkan gantung diri.
Rio : Gua
tetap nggak paham apa yang mbah maksud.
Mbah To : Aaah..elu. Susah amat dibilangin.
Maksudnya baik atau buruk yang elo pilih, nggak ada hubungannya dengan uang.
Dan uang nggak selalu berkaitan dengan bahagia
atau susah.
Rio :
Ahh..mbah ini gimana sih? Orang nggak punya uang ya jelas susah lah. Banyak
uang tuh pasti identik dengan bahagia.
Mbah To : Lha elu..kemarin banyak uang juga belum
bahagia. Nggak punya uang juga nggak bahagia. Terus mau elu apa ?
Rio :
Punya uang dan bahagia mbah. Itu mau gua !!!
24
Mbah To : Sudah dibilangin , kemarin kamu punya
banyak uang tapi juga nggak ngerasa bahagia. Intinya antara uang dan
kebahagiaan kamu pilih yang mana ?
Rio : Mmm…kayaknya
hidup bahagia deh mbah. Tapi ya harus tetap punya uang…Mmmm jadi nggak yakin
saya mbah,..
Mbah To : Harus yakin !! Permasalahan utamanya
sebenarnya bukan di uang, tapi di KAMU !!!
Rio : Kok
di saya mbah ? Saya ini lagi bingung…jangan ditambahin omongan mbah yang nggak
jelas gini dong.
Mbah To : Yang nggak jelas itu kamu !!
Rio : Lho
???
Mbah To : Sekarang masalahnya adalah kamu ingin
bahagia, betul begitu ?
25
Rio : Iya
mbah
Mbah To : Nah..sekarang apa yang paling membuatmu
bahagia?
Rio terdiam. Mengapa itu tak pernah dipikirkannya.
Apa yang paling dia inginkan dan paling bisa membuatnya bahagia ?
Mbah To : He..he…tak perlu buru- buru di jawab
sekarang. Nak Rio bisa renungkan dahulu. Karena mbah ada perlu, mungkin bisa
kita sambung hal ini lain waktu.
Rio :
Terimakasih mbah.
Sampai di
kamar kost-nya, Rio masih belum jua menemukan jawabannya. Apa yang paling bisa
membuatnya bahagia? Dia sendiri tak tahu.
1 Tahun kemudian
Seseorang :
Heee……kamu Rio-kan?
Rio :
(menoleh dan memandang orang yang barusan menyapanya. Rio lupa- lupa ingat.
Wajahnya kayak nggak asing…tapi namanya ? Sama sekali nggak ingat) Mmm…siapa ya
?
Seseorang : Ini Budi
Rio :
Budi siapa ya ??? (Budi siapa gua lupa. Yang gua ingat sih..ini Budi…ini Ibu
Budi. Bacaan waktu SD dulu)
Budi :
Tetangga kost dulu di Pamenang.
Rio :
Oooo….maaf gua lupa. Wah tampak beda lo sekarang ? (menjabat erat tangan Budi)
Budi : Lo
kok kelihatan nggak keren ya sekarang? Gantengan Rio yang dulu !
26
Rio :
Wah..panjang ceritanya Mas brow..
Budi : Gua
lagi banyak waktu. Gua siap dengerin semua cerita lo. Dan ada juga yang mau gua
sampein.
Rio :
Ayukk…!!!
Di THE DROMOS CAFÉ yang sama sekali nggak ada
AC-nya dan nggak ada FREE-WIFI-nya. Pokoknya Café yang nggak gaul abiss. Yang
ngopi bukan cowok cewek dengan dandanan modis, tapi abang- abang Sales yang
biasa pakai sepeda motor, tukang ojek dan sopir. Pokoknya panas dan ancurrr…
Budi ngelirik Rio (Nggak salah tempat nich ?)
Rio mengacungkan jempol (Yupps…that’s the right place !!)
Budi : Ya
Tuhan…selera lo beda banget sekarang ?
Rio :
Diem lu ah. Ini kesempatan untuk melihat dunia dari sisi lain.
Akhirnya setelah mendapat tempat duduk yang
berdesak- desakan dan jauh dari nyaman,
obrolan pun mulai mengalir. Rio menceritakan tentang hidup yang
dipilihnya saat ini. Budi mendengarkan dengan seksama. Hmm…pilihan berani yang
patut di acungi dua jempol.
Budi : Gua
nggak nyangka… lo berani banget . Gua salut sama pilihan hidup lo.
Tapi ada yang musti lu tahu, Tante Mira masuk
rumah sakit. Dia pernah ngomong ke gua, bakal mati penasaran kalo nggak ketemu
sama lo. Habis lo minggat tanpa pamit sih..
Rio :
Hahhh ???
Budi : Sebaiknya kamu menjenguknya.
27
T.Mira memeluk Rio erat. Tangis karena haru, rindu
dan perasaan lainnya membanjir keluar. Membuat Rio jadi ikut menangis. Berjuta
hal ingin disampaikan, namun lidah terasa kelu untuk memulainya.
T.Mira tampak kurus. Sinar matanya redup. Beda
banget dengan T.Mira yang pernah Rio kenal.
T.Mira : Lihat aku sekarang Rio. Tampak makin tua
dan jelek. Kamu tentunya pangling dengan kondisiku sekarang.
Rio :
Sama dooong tante. Lihat Rio sekarang. Udah item, jelek, nggak jelas kayak
gini. Tante pasti juga pangling sama Rio.
Mereka tertawa canggung.
T.Mira : Tapi kamu tampak beda. Makin apa
ya….lebih matang.
Rio :
Mangga kale…matang.
Tertawa lagi.
T.Mira : Terimakasih kamu sudi menemui tante.
Rio mengangguk pelan. Kemudian hening sejenak.
Rio : Apa
yang terjadi tante ?
T.Mira : Panjang ceritanya. Yang sudah terjadi ya
biarlah. Dijalani saja. Toh semua juga
sudah terjadi.
Rio :
Maksud tante ?
T.Mira : Tante didiagnosa kena HIV.
Bak disambar petir mendengarnya. Benarkah? Segawat
itukah?
28
T.Mira : (terpejam dan mulai menangis). Tante
nggak tahu harus gimana lagi….
Rio :
Jangan nangis dooonk..Kan dokter bisa saja salah. Sakit muntaber dinyatakan
sebagai HIV. Manusia nggak luput dari salah tante.
T.Mira : Mungkin. Tapi bagaimana kalau dokter
benar ?
Rio ngak mampu menjawab.
T.Mira : Aku nggak ngira kalau kematian begitu
dekat.
Rio :
Huuusssshhh…ngomong apa sih !!
T.Mira : Apa yang menungguku di sana Rio ? Aku
takut..
Rio menghela nafas dalam- dalam. Dadanya serasa
sesak.
Rio :
Daripada bertanya- tanya apa yang menunggu di sana, mari kita gunakan waktu
yang ada ini untuk memohon ampun pada-Nya.
T.Mira : Emang ada ampunan untuk orang pendosa
macam tante ? Apakah aku pantas menerima ampunan-Nya ?
Rio :
Ampunan-Nya seluas langit dan bumi tante. Tiada kata terlambat untuk mohon
ampun pada-Nya.
T.Mira : Sejak kapan kamu jadi pinter ngomongin
Tuhan ?
Rio :
(menggeleng). Mungkin Dia yang membimbingku, sehingga aku bisa mengenal-Nya.
Aku tahu bahwa Tuhan MAHA PENGAMPUN LAGI MAHA PENYAYANG.
29
T.Mira : Sok tahu kamu (tertawa sinis). Tapi
omonganmu yang barusan sedikit memberi harapan. Semoga Dia mau mengampuni dosa-
dosaku.
Rio :
Aaamiiin
Diagnosa dokter benar. T.Mira mengidap HIV yang
segera saja memusnahkan harapan hidupnya. Kian hari dia semakin kurus dan
pucat. Cahaya matanya redup. Sungguh iba Rio melihatnya.
Setiap hari dia sempatkan untuk mampir dan
menjenguk T.Mira. Dan yang mengherankan, dia tak pernah bertemu suami, anak
atau sanak famili dari T. Mira. Apakah mereka semua malu dengan kondisi T.Mira
saat ini?
Sepi. Sendiri. Bahkan sebelum maut menjemput-pun,
kesunyian sudah tampak di depan mata. Bagaimana dengan di dalm kubur sana ?
Apakah juga akan sepi sendiri selamanya?
T.Mira : Ajalku sepertinya sudah dekat Rio .
Rio :
Huss..Tak baik gomong gitu. Lebih baik kita isi waktu yang ada ini untuk
memohon ampun sebanyak- banyaknya.
T.Mira : Hmm. Entah mengapa...tiap sore aku
merasakan denyutan yang dalam dan lama di sini (menunjuk ulu hati) dan di sini
(memegang ubun- ubun). Apakah itu suatu pertanda ? Dan kadang aku merasa damai
sekali. Mengapa ya?
Rio :
(diam saja. Dia pernah membaca karya Al-Ghazali yang meriwayatkan tentang
beberapa tanda sebelum ajal menjemput. Mirip seperti yang di alami T.Mira).
30
Rio :
Semoga Tuhan mengampuni segala kesalahan kita. Hanya kepada-Nya kita berserah
dan hanya kepada-Nya lah kita dikembalikan.
T. Mira: Aaamiiiiin. Aku berwasiat kepadamu Rio,
kelak jika aku meninggal, do’a kanlah aku, mintakan ampun untukku dan
ziarahilah kuburku. Itu tidak berat bukan ?
Rio mengangguk tak sanggup bicara. Air matanya
mengalir tanpa sanggup dibendung.
Akhirnya maut pun menjemput. T.Mira meninggal
duia. Seluruh kerabat, teman sejawat , suami , anak dan handai taulan berduka
cita. Tak terkecuali Rio.
Inilah akhir dari semua perjalanan dan pilihan
yang kau lalui selama hidup. Semuanya berujung pada satu hal. KEMATIAN.
Semua peristiwa yang dilaluinya bersama T.Mira
seseolah memberinya hikmah. Suatu pengalaman berharga yang ingin ia peringatkan
ke khalayak manusia. Agar mereka tidak menempuh jalan yang salah. Agar mereka
tidak menempuh Seks bebas atau narkoba yang erat kaitannya dengan HIV.
Rio dan T.Mira pernah menempuh jalan yang salah,
salah satunya bisa segera sadar dan yang satunya tidak. Jangan menambah jumlah
korban lagi. Cukup sampai di sini.
HIV bukanlah main-main. Hindari sejauh- jauhnya.
31.
HIV bisa langsung mengubah hidupmu yang indah
berwarna menjadi menyedihkan. Hidup tanpa harapan.
Rio begitu berkobar- kobar, terbakar oleh
semangat. Suaranya lantang meneriakkan “ JAUHI HIV & AIDS, TINGGALKAN SEKS
BEBAS DAN NARKOBA”
Ejekan dan cemoohan yang datang membanjir tak
menyurutkan nyali Rio untuk terus memperingatkan para manusia akan bahaya HIV
& AIDS.
Rio merasa inilah jalan hidupnya. Jalan yang telah
dipilihnya dan akan diperjuangkannya sampai titik darah penghabisan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar