Senin, 23 November 2015

GIGOLO PENGEN INSAF Part 5 (selesai)



Pintu kamar di kunci. HP dimatikan. Rio membuka lembaran kertas yang dia bawa dari mbah To.
Masalah Rio
Jadi GIGOLO
Ditinggal pacar yang sama- sama lelaki
Rio memulai dari yang nomor dua. Entah mengapa setiap ingat Burhan, dia langsung sakit hati. Dan itu mengganggu sekali. Apakah dia benar- benar mencintai Burhan atau memang karena hal lain ? Rio mulai bertanya pada dirinya sendiri.
Pikiran Rio   : Mengapa aku suka Burhan ?

Rio     : Mungkin karena Burhan perhatian, sabar , santun dan yang paling penting adalah aku merasa tentram setiap di sampingnya.
Pikiran Rio   : Jika Burhan juga mencintaimu, apakah kalian akan menikah ?
Rio     : Nggak tahu. Itu bisa saja. Tapi tidak di negeri ini. Mungkin kami akan tinggal bersama tanpa ikatan pernikahan. Bukankah itu sah- sah saja.
Pikiran Rio   : Apakah orang di sekitarmu juga melakukan hal yang sama sepertimu ?
Rio     : Nggak juga. Malahan umumnya sih cowok ya nikah dengan cewek.
Pikiran Rio   : Menurutmu, mengapa mereka memilih seperti itu dan kamu seperti ini ?
Rio     : Yeee…hidup mereka bukan urusan gua. Privasi masing- masing lah..
Pikiran Rio   : Jika mereka memilih hidup sepertimu, apa yang akan terjadi ?
Sekali lagi, itu bukan urusan gua. Lagian gua bukan dukun yang bisa melihat masa depan.
Pikiran Rio   : Ayolah Rio..berpikir lebih jernih. Berpikir jauh kedepan. Bayangkan saja jika detik ini , seluruh cowok melakukan apa yang kamu lakukan yaitu menyukai sesama cowok. Apa yang akan terjadi ?
Rio     : Hmmm…yang jelas cewek- cewek bakal pada nganggur karena nggak ada yang ngegodain. Kasihan …..
Pikiran Rio   : Oke… berikutnya apa ?
Rio     : Apa ya ???
Pikiran Rio   : Kalau cewek- cewek sudah nggak hamil (karena sudah nggak ada yang menghamili) apa yang akan terjadi ?
Rio     : Nggak ada lagi bayi- bayi yang lahir.
Pikiran Rio   : Coba bayangin kalao setahun dua tahun lima tahun berturut- turut bahkan sampai 30 tahun kedepan tidak ada bayi yang lahir, apa yang akan terjadi ?
Rio     : Manusia musnah dari muka bumi
Pikiran Rio   : Nah..akhirnya lu nyadar khan betapa bahayanya pilihan lo ? Lo tuh udah mulai membuka salah satu pintu kepunahan manusia di muka bumi.
Rio     : Jangan lebayyyy deh
Pikiran Rio   : Buktinya..gawat lho jika pilihan itu ditiru banyak orang. Dan lagian lo tuh juga harus ingat..adanya lo, Burhan dan T.Mira itu berkat orang tua lo yang cowok dan cewek. Ngerti nggak sih lo…
Rio     : Iya..ya. Gue ngerti. Berisik lu ah..!!
16
Pikiran Rio   : Jadi lo udah nyadar kalo pilihan lo itu salah ?
Rio     : Iya…salah.
Pikiran Rio   : Jika awalnya salah, selanjutnya pasti bermasalah.
Hmm…jadi ingat sama mbah To.
Yah…ternyata lu benar mbah dan gua yang salah. Emang sih, selama ini gua bersembunyi dibalik kedok kebebasan ekspresi dan pilihan hidup. Gue juga tahu pilihan ini sebenarnya salah. Dan nggak nyangka kalau akibatnya bikin hidup gua nggak tentram.
Kepala Rio cenat- cenut. Pusing. Ah..cukup sudah acara mikir hari ini. Gua mau tidur.
Besok Rio berencana menemui mbah To lagi.
17
T.Mira menggedor kamar Rio.
DARR…DERRR…DORRRR (diulang sampai 10 x)
Rio…Rio…Rio…..(diulang sampai 10 x)
T.Mira mencoba menelpon. Kali ini panggilan yang ke 30. Tak ada jawaban. Ada nada sambung, tapi nggak diangkat.
“ Sial..dimana tuh anak. Saat dibutuhkan selalu saja ngilang “
Tetangga : Maaf tante..cari Rio ya ? (tetangga sebelah Rio menjulurkan kepalanya kayak kura- kura keluar dari tempurung).
T.Mira : Ya..iyalah. Pake nanya !! Ini juga yang gua gedor kamarnya Rio !! (nada ketus)
Tetangga : Idiiiih. Gitu aja sewot. Mo dikasih tahu nggak ?
T.Mira : Mau. Cepetan !!
Tetangga : Waahh..udah nggak sabar banget ya sama Rio. Kita- kita juga bisa ngegantiin Rio kok Tante ..
T.Mira : Busyet dah. Lo mo ngasih tahu kagak !!?? Cepetan. Gua nggak ada urusan sama lo. Nggak level.
Tetangga : Ye..mo dibantu tapi galak gitu. Males ah (tetangga mulai balik kanan)
T.Mira : Ehhh..tungu- tunggu Mas. Saya mo banget dikasih tahu. Maapin ya. Plisss.. Ini URGENT. Jadi buru- buru. Maapin ye…
Tetangga : Baiklah…Rio keluar sejak pagi tadi. Katanya mau ke rumah mbah siapa gitu..lupa saya.
T.Mira : Sama siapa?
Tetanga : Sendirian.
T.Mira : Yakin lo..???
Tetangga : Yakin banget.
T.Mira: MM..Mbah siapa ya ?? Dan kemana ?
Tetangga : (menggeleng)
Setelah berterimakasih, T.Mira pergi.
Jempolnya mengirim pesan  : Dimana km ?? Penting !!
Tak jua ada balasan.
“Sialan kamu Rio..SIAL..SIAL..SIAAAAALLLLLL”
18
Sementara itu di tempat mbah To
Mbah To : Syukurlah kalau nak Rio sudah mulai insyaf.
Rio     : Tapi berat mbah. Gua kagak yakin bisa. Terlalu berat banget.
Mbah To : Terus ? Apa yang bisa mbah bantu ?
Rio     : Ada do’a atau jampi- jampi apa gitu mbah, agar semuanya serba mudah gitu .
Mbah To : He..he…Kalau semuanya serba mudah, nggak ada tantangan lagi. Malah nggak asyik khan ?
Rio     : Enaknya gimana ya mbah ?
Mbah To : Bertahap nak Rio. Pelan- pelan saja. Kayak lagunya KOTAK itu lho. Sedikit demi sedikit tapi pasti itu lebih baik daripada grusa- grusu tapi langsung berhenti mencoba. Saya yakin nak Rio bisa.
Rio     : (terdiam)
Mbah To : Bismillahhirrohmanirrohim. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Rintangan dan godaan masih banyak menghadang. Asal nak Rio percaya, Tuhan akan selalu memberi jalan dan pertolongan. Para pejuang kita dahulu, saking percayanya pada Tuhan sehingga di Undang- Undang Dasar 45 tertulis “atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan di dorong oleh keinginan luhur “. Nak Rio lihat kan, ada kaitan erat di sini antara niat baik dengan rahmat atau pertolongan Tuhan ?
Rio     : Gitu ya mbah ?
Mbah To mengangguk pasti. Rio semakin mantap untuk meninggalkan lakon hidup yang kini disadarinya salah.
19
Burhan sudah mulai jauh dari ingatan. Rio pun sudah mulai berhenti dari profesinya. Sekarang masalah yang dihadapi adalah nggak punya duit. Pekerjaan yang dinilai halal belum sanggup menghasilkan uang yang cukup untuk biaya hidup. Gaya hidup Rio pun berubah drastis, menyesuaikan dengan dana. Risih, tak nyaman dan malu mulai bergelanyut.
Pikiran Rio   : Goblok Lu. Ngapain susah- susah ? Tinggal hubungi T.Mira dan tante- tante yang lain…masalah uang pasti beres.
Rio     : Aku nggak mau nyerah !!
Pikiran  Rio  : Susah brooww!! Hari gini masih mikirin salah dan dosa. Emang kalo lu kelaparan ..orang lain atau mbah To yang sok alim itu bisa bantu elo ??.
Rio     : Diem lu ah !!! DIEEMMMMMM !!!!!!
Rio harus pergi dari bayang- bayang dunianya. Dia susah berubah kalau T.Mira masih terus mengunjunginya. Dan teman- temannya nyamperin dan ngajak ajojing. Susah menolak ajakan mereka. “ Aku harus pergi !!! “
Tiba- tiba Rio hilang dari peredaran. Teman- temannya bingung nyariin. Nomor HP juga udah nggak aktif. Pergi kemana tuh anak ?
T.Mira yang paling ngerasa kehilangan. Tanpa pamit, tanpa kata perpisahan Rio lenyap begitu aja dari pandangan. Tanpa ada harapan untuk bertemu lagi.
“Dimana kamu Rio ??? Dimana ??? Apakah aku ini sebegitu hina sampai tak kau beri salam perpisahan?”
T.Mira menyukai Rio. Bukan hanya sebagai pelepas hasrat, tapi…apa ya? Dia sungguh- sungguh sayang Rio tanpa syarat.  Dia merasa cocok aja dengan Rio walau menurutnya Rio itu bandel, banyak ngebantahnya. Dan …dia merasa nyaman dengan tuh anak. “ Trus  kemana gue musti nyarinya ??”
20
Satu dua bulan berlalu. Kini menginjak bulan ketiga. Untuk memenuhi biaya hidupnya, Rio kerja serabutan. Apa aja yang penting halal. Kadang ikut kerja borongan di pabrik, tapi begitu pabrik sepi ..ya libur lagi. Ikut kerja di toko , ikut kerja di home industry, gunting pamphlet, jahit sepatu anak- anak, tas dll. Bukan pekerjaan yang menjanjikan limpahan materi.
Kadang Rio tersenyum kecut. Dulu, tariff dia bisa 300 ribu sampai satu juta. Bahkan semalam kalau beruntung, dia bisa memperoleh bersih lima juta. Sekarang boro- boro lima juta semalam, sebulan dua juta aja udah setengah mati. Itu pun peras keringat habis- habisan.
Pengeluaran musti ekstra ketat kalau tidak ingin menambah banyaknya utang.
Tempat hiburan malam, hotel, restoran mahal, baju bermerk, parfum mahal, sepatu di atas satu juta, kaos seharga 600 ribu lewat sudah. Tak terjangkau lagi.
Kost bukan di apartemen atau rumah mewah, tapi cukup di gang- gang sempit yang selalu banjir setiap musim hujan tiba.
Makan cukup di warung mbok Nah seharga 6000/ porsi + es teh. Bahkan kalau uang sudah nipis, Rio sudah ahli membuat Indomie + telur + minum air putih banyak- banyak. Ha..ha…ha….Inikah hidup kere ? Inikah jalan hidup yang benar ? Rio nggak yakin. Biarlah ini dia jalanin dulu.
“Toh..kalau nggak kuat, aku bisa berhenti kapan saja “ pikir Rio.
21
Sore itu Rio berkunjung lagi ke mbah To. Tak lupa ia membawa dua kilo mangga yang ia beli dari Pak Ujang, pedagang buah kaki lima.
Mbah To : Wah..pake repot bawa mangga segala.
Rio     : Nggak repot mbah. Mumpung ada.
Buah mangga pun berpindah tangan.
Mbah To : Ada apa ini gerangan ? Kayaknya ada yang penting banget.
Rio     : Iya, ada yang mau saya tanyakan mbah.
Mbah To : Apa itu ?
Rio     : Sesuai saran dari mbah, saya berusaha memulainya dengan sesuatu yang benar. Harapan saya , jika awalnya sudah benar kelanjutannya adalah kebaikan dan kebahagiaan.
(mbah To manggut- manggut)
Rio     : Tapi sepertinya itu berat mbah. Mengapa sesuatu yang baik dan benar itu selalu  identik dengan kekurangan uang ya?
Mbah To : Maksudnya..?
Rio     : Saya sudah berusaha cari pekerjaan jujur. Dan halal. Tapi hasilnya ?? Nihil. Bahkan untuk makan pun saya masih sering ngutang.
22
Mbah To : Ooooo…..begitu (sambil manggut- manggut). Nak Rio merasa seperti itu?
Rio     : Iya mbah…susah banget jadi orang baik..
Mbah To : Kadang kita menilai sesuatu dari jumlah uang yang dihasilkan, bukan dari sisi selain uang…betul begitu nak Rio ?
Rio     : Betul mbah.
Mbah To : Bukan menilai dari seberapa besar manfaat yang kita peroleh dari usaha yang kita lakukan.
Rio     : Gua nggak ngerti mbah.
Mbah To : Dulu, ketika banyak uang kamu ngerasa hidup lu nggak tenang. Tidur tak nyenyak dan selalu gelisah. Bandingkan dengan sekarang ! Hidup lu tenang, jarang gelisah dan bisa tidur dengan nyenyak kan ?
Rio     : Gimana nggak tidur nyenyak, pulang kerja aja badan capek semua. Gimana sempat gelisah…lha wong langsung tidur karena kecapekan.
Mbah To : He..he..hee…Terus maunya gimana ?
Rio     : Nggak ngerti juga mbah. Bingung.
Mbah To : Itu pertanda baik nak Rio.
Rio     : Baik gimana mbah ?
23
Mbah To : Berarti kamu masih mau mikir. Banyak lho orang yang nggak tahu, main tabrak sana- tabrak sini, nggak pernah mikir ini benar atau salah.
Rio     : Tapi tetap aja gua bingung mbah. Apakah kebenaran itu identik dengan kemiskinan ? Jujur berarti hancur ?
Mbah To : He..he..he. Kok jadi pesimis gitu sih. Ya nggak gitu juga kaleee….. Banyak orang jujur hidup sukses dan kaya raya. Walau tak sedikit pula yang kere. Banyak bajingan koruptor yang kaya raya. Tapi banyak pula yang akhirnya jadi kere, sakit jiwa bahkan gantung diri.
Rio     : Gua tetap nggak paham apa yang mbah maksud.
Mbah To : Aaah..elu. Susah amat dibilangin. Maksudnya baik atau buruk yang elo pilih, nggak ada hubungannya dengan uang. Dan uang nggak selalu berkaitan dengan bahagia  atau susah.
Rio     : Ahh..mbah ini gimana sih? Orang nggak punya uang ya jelas susah lah. Banyak uang tuh pasti identik dengan bahagia.
Mbah To : Lha elu..kemarin banyak uang juga belum bahagia. Nggak punya uang juga nggak bahagia. Terus mau elu apa ?
Rio     : Punya uang dan bahagia mbah. Itu mau gua !!!
 24
Mbah To : Sudah dibilangin , kemarin kamu punya banyak uang tapi juga nggak ngerasa bahagia. Intinya antara uang dan kebahagiaan kamu pilih yang mana ?
Rio     : Mmm…kayaknya hidup bahagia deh mbah. Tapi ya harus tetap punya uang…Mmmm jadi nggak yakin saya mbah,..
Mbah To : Harus yakin !! Permasalahan utamanya sebenarnya bukan di uang, tapi di KAMU !!!
Rio     : Kok di saya mbah ? Saya ini lagi bingung…jangan ditambahin omongan mbah yang nggak jelas gini dong.
Mbah To : Yang nggak jelas itu kamu !!
Rio     : Lho ???
Mbah To : Sekarang masalahnya adalah kamu ingin bahagia, betul begitu ?
25
Rio     : Iya mbah
Mbah To : Nah..sekarang apa yang paling membuatmu bahagia?
Rio terdiam. Mengapa itu tak pernah dipikirkannya. Apa yang paling dia inginkan dan paling bisa membuatnya bahagia ?
Mbah To : He..he…tak perlu buru- buru di jawab sekarang. Nak Rio bisa renungkan dahulu. Karena mbah ada perlu, mungkin bisa kita sambung hal ini lain waktu.
Rio     : Terimakasih mbah.
Sampai di kamar kost-nya, Rio masih belum jua menemukan jawabannya. Apa yang paling bisa membuatnya bahagia? Dia sendiri tak tahu.
1 Tahun kemudian
Seseorang    : Heee……kamu Rio-kan?
Rio     : (menoleh dan memandang orang yang barusan menyapanya. Rio lupa- lupa ingat. Wajahnya kayak nggak asing…tapi namanya ? Sama sekali nggak ingat) Mmm…siapa ya ?
Seseorang : Ini Budi
Rio     : Budi siapa ya ??? (Budi siapa gua lupa. Yang gua ingat sih..ini Budi…ini Ibu Budi. Bacaan waktu SD dulu)
Budi   : Tetangga kost dulu di Pamenang.
Rio     : Oooo….maaf gua lupa. Wah tampak beda lo sekarang ? (menjabat erat tangan Budi)
Budi   : Lo kok kelihatan nggak keren ya sekarang? Gantengan Rio yang dulu !
26
Rio     : Wah..panjang ceritanya Mas brow..
Budi   : Gua lagi banyak waktu. Gua siap dengerin semua cerita lo. Dan ada juga yang mau gua sampein.
Rio     : Ayukk…!!!
Di THE DROMOS CAFÉ yang sama sekali nggak ada AC-nya dan nggak ada FREE-WIFI-nya. Pokoknya Café yang nggak gaul abiss. Yang ngopi bukan cowok cewek dengan dandanan modis, tapi abang- abang Sales yang biasa pakai sepeda motor, tukang ojek dan sopir. Pokoknya panas dan ancurrr…
Budi ngelirik Rio (Nggak salah tempat nich ?)
Rio mengacungkan jempol (Yupps…that’s the right place !!)
Budi   : Ya Tuhan…selera lo beda banget sekarang ?
Rio     : Diem lu ah. Ini kesempatan untuk melihat dunia dari sisi lain.
Akhirnya setelah mendapat tempat duduk yang berdesak- desakan dan jauh dari nyaman,  obrolan pun mulai mengalir. Rio menceritakan tentang hidup yang dipilihnya saat ini. Budi mendengarkan dengan seksama. Hmm…pilihan berani yang patut di acungi dua jempol.
Budi   : Gua nggak nyangka… lo berani banget . Gua salut sama pilihan hidup lo.
Tapi ada yang musti lu tahu, Tante Mira masuk rumah sakit. Dia pernah ngomong ke gua, bakal mati penasaran kalo nggak ketemu sama lo. Habis lo minggat tanpa pamit sih..
Rio     : Hahhh ???
Budi   : Sebaiknya kamu menjenguknya.
27
T.Mira memeluk Rio erat. Tangis karena haru, rindu dan perasaan lainnya membanjir keluar. Membuat Rio jadi ikut menangis. Berjuta hal ingin disampaikan, namun lidah terasa kelu untuk memulainya.
T.Mira tampak kurus. Sinar matanya redup. Beda banget dengan T.Mira yang pernah Rio kenal.
T.Mira : Lihat aku sekarang Rio. Tampak makin tua dan jelek. Kamu tentunya pangling dengan kondisiku sekarang.
Rio     : Sama dooong tante. Lihat Rio sekarang. Udah item, jelek, nggak jelas kayak gini. Tante pasti juga pangling sama Rio.
Mereka tertawa canggung.
T.Mira : Tapi kamu tampak beda. Makin apa ya….lebih matang.
Rio     : Mangga kale…matang.
Tertawa lagi.
T.Mira : Terimakasih kamu sudi menemui tante.
Rio mengangguk pelan. Kemudian hening sejenak.
Rio     : Apa yang terjadi tante ?
T.Mira : Panjang ceritanya. Yang sudah terjadi ya biarlah. Dijalani saja. Toh semua juga  sudah terjadi.
Rio     : Maksud tante ?
T.Mira : Tante didiagnosa kena HIV.
Bak disambar petir mendengarnya. Benarkah? Segawat itukah?
28
T.Mira : (terpejam dan mulai menangis). Tante nggak tahu harus gimana lagi….
Rio     : Jangan nangis dooonk..Kan dokter bisa saja salah. Sakit muntaber dinyatakan sebagai HIV. Manusia nggak luput dari salah tante.
T.Mira : Mungkin. Tapi bagaimana kalau dokter benar ?
Rio ngak mampu menjawab.
T.Mira : Aku nggak ngira kalau kematian begitu dekat.
Rio     : Huuusssshhh…ngomong apa sih !!
T.Mira : Apa yang menungguku di sana Rio ? Aku takut..
Rio menghela nafas dalam- dalam. Dadanya serasa sesak.
Rio     : Daripada bertanya- tanya apa yang menunggu di sana, mari kita gunakan waktu yang ada ini untuk memohon  ampun  pada-Nya.
T.Mira : Emang ada ampunan untuk orang pendosa macam tante ? Apakah aku pantas menerima ampunan-Nya ?
Rio     : Ampunan-Nya seluas langit dan bumi tante. Tiada kata terlambat untuk mohon ampun pada-Nya.
T.Mira : Sejak kapan kamu jadi pinter ngomongin Tuhan ?
Rio     : (menggeleng). Mungkin Dia yang membimbingku, sehingga aku bisa mengenal-Nya. Aku tahu bahwa Tuhan MAHA PENGAMPUN LAGI MAHA PENYAYANG.
29
T.Mira : Sok tahu kamu (tertawa sinis). Tapi omonganmu yang barusan sedikit memberi harapan. Semoga Dia mau mengampuni dosa- dosaku.
Rio     : Aaamiiin
Diagnosa dokter benar. T.Mira mengidap HIV yang segera saja memusnahkan harapan hidupnya. Kian hari dia semakin kurus dan pucat. Cahaya matanya redup. Sungguh iba Rio melihatnya.
Setiap hari dia sempatkan untuk mampir dan menjenguk T.Mira. Dan yang mengherankan, dia tak pernah bertemu suami, anak atau sanak famili dari T. Mira. Apakah mereka semua malu dengan kondisi T.Mira saat ini?
Sepi. Sendiri. Bahkan sebelum maut menjemput-pun, kesunyian sudah tampak di depan mata. Bagaimana dengan di dalm kubur sana ? Apakah juga akan sepi sendiri selamanya?
T.Mira : Ajalku sepertinya sudah dekat Rio .
Rio     : Huss..Tak baik gomong gitu. Lebih baik kita isi waktu yang ada ini untuk memohon ampun sebanyak- banyaknya.
T.Mira : Hmm. Entah mengapa...tiap sore aku merasakan denyutan yang dalam dan lama di sini (menunjuk ulu hati) dan di sini (memegang ubun- ubun). Apakah itu suatu pertanda ? Dan kadang aku merasa damai sekali. Mengapa ya?
Rio     : (diam saja. Dia pernah membaca karya Al-Ghazali yang meriwayatkan tentang beberapa tanda sebelum ajal menjemput. Mirip seperti yang di alami T.Mira).
30
Rio     : Semoga Tuhan mengampuni segala kesalahan kita. Hanya kepada-Nya kita berserah dan hanya kepada-Nya lah kita dikembalikan.
T. Mira: Aaamiiiiin. Aku berwasiat kepadamu Rio, kelak jika aku meninggal, do’a kanlah aku, mintakan ampun untukku dan ziarahilah kuburku. Itu tidak berat bukan ?
Rio mengangguk tak sanggup bicara. Air matanya mengalir tanpa sanggup dibendung.

Akhirnya maut pun menjemput. T.Mira meninggal duia. Seluruh kerabat, teman sejawat , suami , anak dan handai taulan berduka cita. Tak terkecuali Rio.
Inilah akhir dari semua perjalanan dan pilihan yang kau lalui selama hidup. Semuanya berujung pada satu hal. KEMATIAN.
Semua peristiwa yang dilaluinya bersama T.Mira seseolah memberinya hikmah. Suatu pengalaman berharga yang ingin ia peringatkan ke khalayak manusia. Agar mereka tidak menempuh jalan yang salah. Agar mereka tidak menempuh Seks bebas atau narkoba yang erat kaitannya dengan HIV.
Rio dan T.Mira pernah menempuh jalan yang salah, salah satunya bisa segera sadar dan yang satunya tidak. Jangan menambah jumlah korban lagi. Cukup sampai di sini.
HIV bukanlah main-main. Hindari sejauh- jauhnya.
31.  
HIV bisa langsung mengubah hidupmu yang indah berwarna menjadi menyedihkan. Hidup tanpa harapan.
Rio begitu berkobar- kobar, terbakar oleh semangat. Suaranya lantang meneriakkan “ JAUHI HIV & AIDS, TINGGALKAN SEKS BEBAS DAN NARKOBA”
Ejekan dan cemoohan yang datang membanjir tak menyurutkan nyali Rio untuk terus memperingatkan para manusia akan bahaya HIV & AIDS.
Rio merasa inilah jalan hidupnya. Jalan yang telah dipilihnya dan akan diperjuangkannya sampai titik darah penghabisan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar