Jumat, 06 November 2015

SEBAIT KISAH DI MALAM PERTAMA

SEBAIT KISAH DI MALAM PERTAMA
(BUKAN HOROR)
Jika ada kejadian, atau nama yang mirip  itu bukan karena di sengaja. Cerita ini dibuat agar kalian terhibur dan tambah pengalaman.  Setuju !!!
Baiklah, silahkan dilanjut membacanya…

Perhelatan temu manten usai sudah. Sebagian besar tamu sudah pulang. Tinggal beberapa orang saja yang memang berencana untuk jagong. Melekan sambil main catur atau kartu. Alunan gending jawi mengalun lembut di suasana malam yang beranjak larut. Sesekali terdengar tawa dari para tamu. Suasana jagong semakin malam semakin tambah gayeng.
Jam 22:30.
Brodin menggerakkan  punggungnya. “Kretek..kretek”..Ah..terasa enakan.
“ Wah…siap tempur nih” celetuk salah seorang tamu yang disambut gerrr dari tamu- tamu yang lain
Hushhh…!!!


Brodin tersipu. Sebenarnya ia ingin jagong lebih lama, beramah tamah, main catur, minum kopi dan melekan sampai pagi. Hal yang biasa dia lakukan ketika bujang dulu. Tapi saat ini, dia pengantin baru. Dan pengantin baru harus melakukan apa yang sewajarnya dilakukan pengantin baru. Betul begitu?
Dan  lagipula, bayangan tubuh Mimin istrinya yang aduhai semakin menggurita di dalam kepala. Duh….bikin pusing. Nyuuut…nyutt…… Sangat menyiksa.
Brodin memberanikan diri untuk bangkit dan meninggalkan arena jagong. Tentu saja disambut olok-  olok yang gegap gempita.
 “Wooeeiii…suit..suit..Pecah duren..pecah duren “
“ Belah semangka !!!”
Sampai merah padam muka Brodin.  Malu. Tapi entah mengapa dia kebelet pipis. Sepertinya alasan yang bagus untuk meninggalkan mereka.  Brodin beranjak ke belakang.
“ Kamar manten perempuan bukan di situ Din…!!!”
“ Brodin menoleh.”Aku bukan mau kesitu “
“ Trus kemana..salah kamar kamu itu !!”
“Pipis…”
“Nah dia betul. Pipis dulu , karena habis ini akan pipis yang lain dia …”
“ Ha..ha..ha…”
Brodin tak mempedulikan lagi olok- olok itu. Dari kamar utama, terus ke belakang melewati mbok- mbok yang sedang rewang di dapur.
“ Lho..lho. Ini manten lanang kok kesini. Apa nggak salah kamar?” tak lupa mbok- mbok pun piawai menggoda.
“Uh..lagi- lagi” batin Brodin.
“Enggak mbok. Kebelet nih …”
Akhirnya sampai di pintu belakang yang memisahkan bagian rumah dengan kebun belakang yang luas dan gelap gulita. Kamar mandi agak terpisah di belakang rumah.
“Sial. Dasar  “omah ndeso !!” Brodin merutuk melihat kondisi belakang rumah yang gelap dan terkesan angker. Butuh beberapa detik bagi Brodin untuk bisa melihat dalam kegelapan.
“Seremm….” Itulah yang terlintas di benak Brodin.
Deretan pohon pisang membentuk bayang- bayang samar seperti  makhluk misterius dari antah berantah. Belum lagi pohon nangka yang tinggi besar menjulang kayak raksasa. Hitam dan besar. Kamar mandi ada tepat di bawah pohon nangka itu. Benar- benar sial.
Kamar mandi itu tanpa atap sehingga kamu bisa BAB sambil lihat bintang di langit. Keren nggak tuh ? Dan kamu juga bisa mandi sambil iseng liat orang yang lewat di samping rumah. Yang ketiban nasib sial ya para gadis. Kamar mandi model gini bakal menjadikan mereka santapan empuk para pengintip. Iiihh…serem. Tapi konon hal itu tak terjadi di desa ini. Boleh percaya boleh tidak.
Di depan kamar mandi ada sumur. Jika air di tendon habis, maka wajiblah untuk menimba dari sumur. Bah…! Di tambah lagi, agak ke belakang sana barisan pohon pisang dan rumpun  bambu menambah “horor” nya suasana. Bambu – bamboo itu mengeluarkan bunyi “KRIETT..KRIETTTT..” yang mistis. Seolah alunan musik dari dunia lain. Bikin bulu kuduk merinding.
Antara kebelet pipis dan rasa takut. Brodin menimbang. Dia takut banget saat ini. Tapi dengan kebelet pipis kayak gini, nggak asyik banget buat pengantin baru di malam pertama.
Brodin memutuskan berkorban tetap pipis daripada tidak bisa malam pertama dengan baik dan benar.
Brodin masuk ke kamar mandi. Tak lupa matanya jelalatan liat kiri dan kanan. Takut ada yang aneh- aneh lewat.
 “Ah…..”akhirnya bisa keluar juga. Pipis kali ini serasa lebih lama dari biasanya.
“Kik..kik…kik..kik..kikkkkkk”
“DDDUEERRRRR….”Kaget bukan main Brodin dibuatnya. Apaan tuh? Jantungnya berdegup kencang mau copot.
“KRAAAKKKK….” Seperti suara dahan patah dari atas. Reflek Brodin mendongak ke atas. Tidak tampak apa- apa. Brodin ketakutan.
”JEBLUNGGGGGGG…!!!” suara benda jatuh ke dalam sumur terdengar nyaring.
“Jancukkkkk…”Brodin menyumpah serapah. Tapi suaranya seolah hanya terhenti di kerongkongan. Sebab matanya menangkap bayangan putih yang meluncur perlahan menembus deretan pohon pisang. Samar – samar tapi terlihat jelas.
“MasyaAllah….Ya Allah…ya Allah…”Napas Brodin tersengal- sengal.Brodin takut setengah mati. Mau pingsan.
Bayangan itu melayang pelan……dan akhirnya hilang.
Sunyi. Brodin merasa beku, antara hidup dan mati. Ini nyata atau hanya mimpi. Tapi mimpi kok di kamar mandi. Aneh kan?
Takutnya sudah sampai batas yang sanggup ia hadapi. Brodin mau pingsan tapi nggak bisa. Dia tetap sadar. Mau terpejam tapi matanya jelalatan penasaran. Bingung.
Brodin hanya bisa pasrah pada Gusti Allah Yang Maha Kuasa.
“KRIEKKKK….” Suara pintu di buka. Ini juga bikin Brodin kaget setengah mati.
Sosok tubuh yang agak bungkuk keluar perlahan dari pintu. Kalau diperhatikan seperti nenek- nenek. Siapa dia? Ah..peduli apa yang penting aku ada temennya. Brodin segera mengumpulkan segenap keberanian dan keluar dari kamar mandi. Ah..tubuh masih terasa kejang . Brodin mengambil air wudhu. Dia percaya  air wudhu selain untuk bersuci, bisa juga untuk menyegarkan tubuh, mengurai syaraf- syaraf yang tegang dan untuk menangkal energi- energi negatif yang ada di sekitar kita. Habis wudhu dan berdo’a Brodin menghampiri nenek itu.
“Mau kemana nek..gelap begini ke belakang sendirian?”
“Oh...den nganten  ngagetin saja.  Hi..hi…hi. Ini lho den,  saking sibuknya orang- orang itu pada lupa membuang syaratan ke kebun belakang sini. Nah..terpaksa nenek yang harus ngasih syaratan”
“Syarat apa nek “
“Ada deh..Hi..hi…hi. Mo tahu aja”
Wah, si nenek ini ternyata gaul juga ya.” batin Brodin.
“Lho..den Nganten nggak papa di sini sendiri. Awas lho!! Di sini sering muncul yang aneh- aneh ?”
“Mm…” Brodin tidak menjawab. Hal yang aneh …atau lebih tepatnya menakutkan telah ia alami barusan.
 “Hi..hi..hi. Lucu ya..kita sering takut sama yang begituan. Padahal bisa saja mereka muncul karena ingin uluk salam. Berkenalan sama pendatang baru “.
Brodin manggut- manggut. “Aku nih pendatang barunya”pikir Brodin.
“Hi..hi..hi … Gih  !! Masuk sana !! Ditunggu sama manten perempuan tuh!”
“ Mmmm..iya ..ya nek. Trus nenek nggak takut di sini sendiri ?”
“Hi..hi..hi…sudah tua begini apa yang harus nenek takuti?”
Brodin geleng- geleng kepala. Nenek yang aneh.
“Ya sudah..saya masuk dulu nek”
“Hi..hi..hi” nenek itu tertawa dengan intonasi yang sama. Tawa yang sedari tadi aneh dan bikin merinding.
Brodin kembali ke ruang jagong dan di sambut olok- olok yang lebih seru. Brodin hanya cengar- cengir dan kemudian segera ke belakang lagi. Ke dapur. Keberadaan nenek yang tadi itu masih mengganjal di benaknya.
Brodin bertanya pada mbok- mbok yang rewang, siapa sebenarnya nenek yang dia temui di belakang tadi. Eeehhh..malah mbok- mbok yang ngerubutin Brodin.
“Kamu serius nak Brodin”
“ Suwerrr “ Brodin mengacungkan dua jarinya.
Mbok- mbok saling berpandangan.
“Begini nak Brodin…di sini tidak ada nenek – nenek, dan dari tadi ya kamu doang yang pergi ke belakang. Tak ada yang lain”
Brodin langsung lemas.
“KRIEKKK…”.Brodin masuk kamar pengantin.
Weladhalah…Mimin sang istri tampak tertidur pulas.
Perlahan sambil berjingkat Brodin membuka lemari, mengambil sarung dan sajadah . Ditunaikannya sholat sunnat 2 roka’at. Kemudian berdzikir, mengucap syukur yang tiada terkira atas rahmat Ilahi yang senantiasa tercurah dalam kehidupannya. Juga dzikir untuk menenangkan hati setelah apa yang ia alami barusan.
“Inna lillahi wa inna Ilaihi roji’un” Sesungguhnya kita semua ini adalah milik Allah, dan hanya kepadalah kita semua dikembalikan. Kami ini semua adalah milik-Mu  Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tidak ada yang terjadi dalam kehidupan ini melainkan atas Kuasa-Mu. Buatlah jiwa raga ini ikhlas, atas pertemuan yang menegangkan dengan makhluk lain yang juga adalah ciptaan-Mu. Semoga menjadi hikmah bagiku. Ehh…satu lagi Ya Allah. Berkahilah dan ridhoilah keluarga kami. Karena tiada kesempurnaan dan kebahagiaan melainkan atas ridho dari-Mu. Amiinnn Ya Robbal Alamiiinn.”
Setelah mengembalikan sarung + sajadah, mengunci pintu dan memastikan semua celah  tertutup Brodin segera berbaring di samping istrinya.
He..bukankah malam pertama harusnya menegangkan dan menggairahkan? Malam yang ditunggu – tunggu setiap pengantin. Ini kok biasa saja? Apa karena ketegangan Brodin sudah habis dengan makhluk di belakang tadi? Ya..ya.Mungkin.
Brodin memandang wajah istrinya. Mencium keningnya, hidung, bibir terus turun ke leher. Tidak ada reaksi. Kembali Brodin mencium kening sang istri sambil berdo’a
“Ya Allah, berkahilah aku dengan kebaikkannya dan sabarkanlah aku atas segala keburukan dan kekurangannya. Amiiin”
Setelah itu Brodin kembali mencumbu sang istri. Mencium setiap lekuk tubuh yang selama ini hanya ada dalam angannya saja. Ini membuat jantung Brodin berdegup kencang. Tubuh istrinya yang molek kini terbaring pasrah di depannya. Siap untuk di”apain aja”. Bak sawah yang siap digarap oleh petani yang halal baginya.
Brodin menempelkan telinga ke dada sang istri yang sudah tidak mengenakan apa- apa lagi. Terdengar jelas detak yang kian kencang dan nafas yang memburu. Mereka sudah siap bertempur.
Brodin membuka mata istrinya. Mereka saling bertatap. Berlanjut dengan mencium bibir. Awalnya hanya menempel dan menyentuh saja, lama- kelamaan dua bibir itu saling berpaut. Saling mengisap. Tak ada yang mau mengalah. Tangan Brodin juga liar meraba,  mengusap setiap lekuk tubuh sang istri. Brodin ingin segera menindih sang istri. Mimin hanya pasrah ketika Brodin mulai membuka pahanya dan melakukan sesuatu di sana. Dia menunggu. Hal yang selama ini hanya dengar ceritanya, malam ini ia akan melakukannya.
Brodin begitu bernapsu. Dia tidak bisa mengontrol diri sehingga lahar kenikmatan itu tumpah ruah sebelum ia menunaikan tugasnya. Brodin malu bukan main. Mimin hanya senyum- senyum saja. Kejadian ini sama betul seperti cerita teman- temannya. Cowok itu kalau sudah berpengalaman “begituan” dia akan tahan diri dan langsung bisa penetrasi. Beda banget sama cowok yang belum pernah, mereka akan finish beberapa kali sebelum akhirnya bisa. Boleh percaya boleh tidak.
Tidak butuh lama bagi Brodin untuk segera bangkit. Darah mudanya menggelegak. Mereka bergumul lagi. Kali ini Brodin lebih menahan diri. Setelah pencarian yang canggung, dia menemukan juga sawah dan ladangnya.
“Aduh mas..pelan- pelan” Mimin berbisik lirih.
Mereka saling mendekap, seolah melebur menjadi satu. Secara perlahan Brodin mulai mengayuh, mengajak sang istri ke surga dunia. Hentakan itu menjadi liar…kencang. Mimin mengaduh. Brodin mendekap mulut sang istri agar tidak kelepasan kontrol. Bisa berabe terdengar dari luar kamar. Dan untuk kesekian kalinya Brodin menyemburkan benih- benihnya ke rahim sang istri. Mereka bercinta seperti tidak mengenal lelah.
Brodin melirik jam. Sudah pukul 03.00.
Ingin rasanya sekali lagi ia rengkuh kenikmatan yang tiada tara ini. Dia menindih sang istri lagi.
“Tidur dulu yuk…aku capek “ istriya menjawab sambil terpejam.
“Tapi….”
“Besok masih ada waktu mas. Nggak akan habis sawah ini walau kamu olah tiap hari. Mas sudah tampak capek gitu “ sang istri menyeka keringat di kening Brodin. Saling menatap manja.
Brodin mencium kening si Mimin. “Aku mencintai-mu istriku “
Mimin meringkuk dalam pelukan Brodin. “ Aku juga Mas”
Mereka saling membelai. Menikmati sensasi malam pertama yang begitu indah.
Tak beberapa lama terdengar dengkuran halus dari Brodin. Dia sudah tidur duluan. Mimin menyelimuti tubuh mereka berdua. Matanya-pun sudah terasa berat. Waktunya untuk tidur.
Malam beranjak dini hari.  Sementara suara orang jagong juga sudah tak terdengar. Semua tertidur. Alam hening dan damai.
Dan di kejauhan sana, tampak samar- samar bayangan nenek yang berjalan sendirian. Menembus kegelapan malam untuk akhirnya sirna entah kemana. Yang terdengar hanya tawanya yang halus.
Hi..hi..hi…hi…..hi….


 Bagi para pembaca jangan lupa coment yakk   :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar