Bebek atau Burung
Suatu ketika sepasang suami istri berjalan melewati hutan yang temaram.
Satu- satunya penerangan hanya dari cahaya bulan yang menembus melalui dedaunan.
Mereka berpegangan tangan, saling menopang dan saling jaga agar tidak jatuh.
Hingga terdengar suara " Koaaaarrrkkk....Koaarrrrkk"
"Eh...suara bebek. Dimana yak ? si istri celingukan mencari sumber suara itu.
"Bebek?? Itu burung kaleeee..!!!" sang suami menimpali.
"Gimana sih beib...udah jelas itu bebek !!"
"Bebek kok gitu. Bebek itu wek wek..Yang tadi mah jelas- jelas burung. Di hutan khan banyak burung. Dana nggak ada ceritanya di hutan itu ada bebek " si suami menegaskan lagi.
"Tapi aku yakin itu bebek mas.... " suara sang istri mulai menegas dan meninggi.
"Bego banget sih lu...Itu burung.." sang suami tak mau kalah.
Dan mereka terus adu mulut. Baik istri maupun suami mulai mengeluarkan argument-nya. Segala teori dan hasil belajar mereka selama bertahun- tahun mereka semburkan dan tumpahkan hanya untuk memastikan bahwa suara itu adalah suara bebeka atau burung.
Mereka jadi saling sumpah, saling ejek dan saling maki.
Mereka terus berjalan bersama, tapi dalam suasana yang benar- benar brengsek.
Sampai di suatu tempat yang agak terbuka sang suami melihat wajah istrinya. Wajah yang menjadi begitu dibencinya selama perjalanan tadi.
Ohh...wajah itu sembab oleh tangis dan tampak lelah oleh pertengkaran ini.Siapa yang membuatnya begini ? Aku sendiri ??
Sang suami menjadi iba. Entah mengapa ada yang menusuk di hatinya. Sang suami sangat mencintai sang istri, tapi entah mengapa tadi mereka saling bertengkar dengan begitu hebatnya hanya karena "Bebek atau Burung ?"Emang siapa yang peduli jika itu Bebek ? Atau siapa yang peduli jika itu burung ?"
Sang suami memeluk istrinya. "Oh..dinda, maafkan aku. Kamu mungkin betul..itu tadi bebek. Sekarang...mohon maafkan aku dan tetaplah bersamaku dan mari kita lalui hutan ini bersama- sama"
Sang istri-pun menjawab diiringi isak tangis
" Tidak kanda. Mungkin kanda benar, itu tadi burung. Maafkan dinda yang egois ...yang tidak mau mengalah pada kanda "
Mereka berpelukan.
Dan dalam detik itu mereka sadar, pertengkaran tadi untuk apa ?
Untuk bebek dan burung ?
Alangkah konyolnya.
Mereka saling mencintai dan tetap bertekat mempertahankan cintanya.
Bukan ego-nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar