Senin, 04 April 2016

Lima Sales Geblek dalam Episode : Lebih baik ada teman daripada....



Lebih baik ada teman daripada…….


Sales : Erna

Selepas dari perusahaan, Erna menganggur. Dan ini bahaya banget. Erna paling nggak suka nganggur dan diam di rumah. Dia ingin selalu aktif dan bergerak.  Makanya jangan heran kalo lihat dia sering lari- lari siang hari. (Apa hubungannya nganggur dan lari- lari siang hari ? Nggak nyambung banget)
Saat nganggur Erna jadi aktif menulis. Sudah puluhan surat lamaran kerja dia tulis dan dia kirim ke berbagai macam perusahaan. Mulai perusahaan kelas teri, kelas tuna, kelas paus, perusahaan lokal maupun interlokal dia  labrak semua tanpa ampun. Tapi sampai detik ini belum juga ada panggilan. Hadeewww…
Erna juga memaksimalkan teman- temannya. Mulai Ima, Amin, Toha, Bobby, Renny…semuanya disuruh cari tahu info lowongan kerja di tempat kerja masing- masing. Jika ada loker segera hubungi Erna. Di 081615061950. Ingat !! Di nomor ini. ERNA. Bukan yang lain.
Tapi sampai detik ini belum juga ada kabar. Hadeewww….
Bagaimana ini ? Erna bingung. Hidup tanpa kerja tuh bagai malam nggak berbintang. Nggak asyik bangeeeet.
KERJA…KERJA…KERJA….itu yang selalu terngiang di telinga. Dan berkelebat di pikiran.
Tapi kerja apa ???
Sebuah SMS masuk. Dari Tulus (Ngapain lagi tuh anak menghubungi gue ?)
“di rumah ?”
Erna nggak membalas.
“kok nggak dibalas ?”
Erna tetap nggak membalas.
Panggilan masuk. Tulus. Erna menekan tombol silent.
Sampai tujuh panggilan dari Tulus dan Erna tetap nggak mau angkat telepon.
SMS masuk lagi.
“angkat dong….!!! Katanya butuh kerja “
Erna mulai tertarik.
Panggilan masuk lagi. Tulus. Erna sebenarnya ogah berhubungan lagi dengan Tulus…tapi godaan untuk bisa bekerja ternyata jauh lebih besar.
Erna menerima panggilan itu.
“Ya ..hallo”
“Aduuuhhh…sombong banget sekarang. Nggak mau dihubungin….”suara Tulus terdengar renyah.
“Aku sibuk. Ada apa ?”
“Ada lowongan kerja. Mau ?”
“Dimana ?“
“Idii..h. Nggak sopan kalee tanya hal sepenting ini lewat telepon. Apa nggak bisa ketemuan ?”
(Bangsat : batin Erna)
“Aku sibuk !!!”
“Paling kamu sibuk tidur. Ayolah !! Bisa ya ? Ketemuan sebentar gitu !!” Tulus tetap merayu. Benar- benar mulut seorang sales.
“ Mmmm……”
“Halaah..pake mikir. Aku kesana sekarang”
“Jangann…”
“Lho..kenapa ?”
“Kamu kan udah tahu “
(status Erna yang janda memang bikin repot. Setiap ada tamu laki- laki, pasti jadi gunjingan tetangga. Erna di cap sebagai janda yang doyan masukin laki- laki non muhrim. HUH…bikin emosi jiwa. Makanya Erna lebih memilih ketemuan di luar rumah aja. Jauh dari mata tetangga)
“Kita ketemuan di WAPO SUN CITY aja !” Erna membuka suara.
“Emang kamu ada kendaraan ? Naik apa ?”
“Taxi “
“Hallah. Kelamaan. Kujemput sebentar setelah itu langsung cabut”
“Baiklah “
“Oke..see you. I miss u. Mmmuaaah
TUUUUUTTT..Panggilan berakhir.
Setan !! Mengapa harus Tulus lagi ? Selama ini Erna sudah berusaha menghindar setengah mati, tapi tetap aja pengaruh Tulus masih membayanginya. Brengsek..
Erna pun segera berdandan.
Tulus memeluknya dengan erat. Erna dengan canggung menerimanya.
“Kamu tambah cantik aja “ sanjung Tulus.
“Modus “
“Sumpah..”
“Hallah…”
Mereka tertawa renyah.
Sesampai di WAPO, Tulus memesan Kopi Aceh (nama kopi nya aja Tulus baru dengar..makanya pengen coba). Sedang Erna memesan The Tarik Medan.
Mereka mencari tempat duduk dekat dinding kaca yang menghadap keluar. View-nya bagus.
“Gimana anak- anak ?” Erna basa- basi bertanya.
“Baik. Kamu ?”
“Baik”
“Sudah interview kemana aja ?”
“Ada sih beberapa. Tapi belum ada yang cocok “( Erna berbohong. Belum ada satupun  panggilan yang masuk).
Tulus mengeluarkan kartu nama dari dompetnya.
“Coba kirim CV kesitu. Atau titipin ke aku. Lebih cept lebih baik”
“Perusahaan apa nih ?”
“Farmasi “
“Aku nggak begitu paham dunia obat”
“Di coba dulu. Siapa tahu rejeki kamu. Kalau emang nggak cocok, kita cari yang lain”
Erna manggut- manggut.
Thank’s  ya “ Erna berterimakasih dengan sungguh- sungguh.
“Aahhh…”Tulus mengibaskan tangannya. (maksudnya : jangan  berterimakasih seperti itu. Kita khan suami istri…....lho ???)
“Trus..gimana dirimu selama ini ?” Tulus mulai menunjukkan perhatiannya.
“Gimana bagaimana maksudnya ?”
“Caramu melewati hari demi hari tanpaku ..”
“Ye…ge-er banget. Emang siapa elo ?”
Yayang elo “
“Yee…Siapa bilang. Kita udah nggak ada hubungan apa- apa lagi “
“Ayolah…kita tahukan bahwa kata “putus” itu hanya omong kosong saja. Hati kita tetap satu “
Erna merasa perutnya jadi mulas mendengar rayuan Tulus.  Bahkan terasa mau muntah juga. Kata- kata manis yang tidak berujung manis. Malah pahit saja akibatnya.
Tulus memberanikan diri memegang tangan Erna. Reflek Erna mundur, namun jemarinya ditarik dengan kuat oleh Tulus. Terjadi gaya tarik menarik. Nggak ada yang mau ngalah. Dan akhirnya mereka berdua jadi lirikan beberapa pasang mata pengunjung yang lain.
Erna mengalah. Dibiarkannya Tulus memegang erat jemarinya.
Ada rasa kesal , tapi ada juga rasa nyaman. Paling tidak Erna tidak sendirian. Ada Tulus, yang selama ini selalu membantunya. Baik moril maupun spiritual. Andaikan Tulus seseorang yang masih sendiri, tentu perkaranya jauh lebih mudah.
Erna luruh. Dia sebenarnya sudah lelah bersandiwara sebagai sosok yang tegar. Tapi untuk saat ini dia harus. Erna nggak ingin Tulus masuk lagi dalam hatinya. Biarlah dia menjadi seorang teman. Teman yang mesra. Itu lebih baik daripada nggak ada teman sama sekali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar