Maia
oh….Maia
Sales : Baim
Part 1
Sejak kuliah, baim
menjalin hubungan dengan Maia. Dan hubungan ini-pun direstui kedua
orang tua masing- msing. Baim sangat akrab dengan keluarga Maia,
begitu juga Maia sudah diterima bagai anak sendiri oleh keluarga
besar Baim. Mereka seolah sudah berjodoh.
Lulus kuliah, Maia
melamar jadi PNS. Istilah kerennya CPNS.
Sedang Baim, karena
sejak lama kerja sambil kuliah dia nggak perlu bingung cari kerja.
Toh perusahaan tempat ia kerja lumayan bonafit, gaji lumayan dan
prospek cerah. Baim betah kerja di sini.
Tinggal Maia. Tak
henti- hentinya Baim membesarkan hati dan kasih suntikan semangat.
Ujian jadi PNS tuh ternyata melelahkan. Butuh tenaga extra, ketabahan
dan kesabaran. Penyaringan bisa memakan waktu berbulan- bulan.
Alhamdulillah, Maia selalu di beri kelancaran.
Dia selalu lulus tahap
demi tahap.
Mendekati akhir
seleksi, ujian sering dilakukan di luar kota. Kadang di Malang,
Bogor, Cirebon dan lain- lain.
“Emang di tes
apaan sih. Kok sampai lama gitu ?” kadang Baim tanya.
“Buanyak deh
pokoknya. Kamu nggak bakal ngerti walau kujelasin satu- satu “
“Ya udah deh…asal
kamu-nya nggak disuruh telanjang aja” Baim khawatir.
“Emang ada tes PNS
kayak gitu ?”
“Ada, TNI, POLISI.
Tes keperjakaan lah, tes keperawanan lah..”
“Hi..hi..hi. Nggak
sampai seperti itu kok. Ini lebih ke arah akademis, pengetahuan umum,
undang- undang, kewarganegaraan dan masih banyak lagi”
“Emang kamu bisa?”
“Bisa dooo….ng.
Makanya do’ain aku ya..!!! Agar ini semua segera selesai dan aku
diterima jadi PNS!!”
“Amiiin. Aku
do’ain terus kok. Apa sih yang nggak buat kamu”
“Cieeee…Ngerayu
nih “
Mereka tertawa bersama.
Mereka tertawa bersama.
Akhir-akhir ini
mereka jadi jarang ketemu. Dan itu terasa beda. Kadang ada rasa
canggung. Tertawa bersama seolah menjadi pemersatu hati. Buang jauh-
jauh rasa curiga dan pertengkaran.
**
Suatu hari.
“Beib…besok aku
ke Jakarta. Ujian terakhir. Do’akan aku ya …” Maia berpamitan
ke Baim.
“Lho beib. Kok
mendadak sih..” protes Baim.
“Panggilan tes
juga mendadak”
“Yah..mau gimana
lagi beib. (Baim lalu menyenandungkan sebuah lagu karya sang Maestro
: Chrisye…”
Pergilah
kasih kejarlah keinginanmu …
Selagi
masih ada waktu..uuu….
Jangan
hiraukan diriku..
Aku
rela berpisah…demi untuk dirimu
Semoga
tercapai segala keinginanmu..
Kejarlah
keinginanmuu…..
( Dalam benak Baim,
terbayang dia dan Maia berada di suatu padang rumput yang luas di
sore hari. Siluet cahaya mentari sore membuat Maia tampak cantik
dengan balutan kebaya sutra putih. Maia mencium tangan Baim, ucapkan
kata perpisahan. Pergi ke Ibukota untuk mencapai cita- cita. Baim
memeluk Maia erat seolah tak mau terpisah. Air mata menitik. Berat
rasanya perpisahan ini. Maia melangkah pergi, Baim berusaha mengejar
..tapi Maia semakin menjauh. “Maia……..” teriak Baim. Maia
menoleh ke belakang. Isak tangis masih menghiasi wajahnya. Tangannya
melambai…”selamat tinggal kasih…dinda pergi dulu..jaga cinta
dinda, jangan kanda sia- siakan. Ohhh” )
“Woooeeeiii…malah
ngelamun “ Maia mengibaskan jemarinya di muka Baim. Baim tersadar.
“Berat hati ini
melepas dirimu. Siapa yang bakal nemenin kamu. Trus siapa juga yang
menemani aku” Baim merajuk.
“Duh..kayak
ditinggal minggat aja. Kan cuman tiga bulan “
“Tiga bulan beib?”
Baim melongo.
“Trus kemana harus
kulabuhkan segala rasa rindu selama tiga bulan ini ? Tanpa dirimu
hidupku pasti hampa ” Baim merayu.
“Hallah..Gombal.
Awas ya kalau kamu selingkuh. Bakal ku ..(Maia memperagakan gaya
meng-uleg sambel ”
“Tenang aja beib.
Di hati ini hanya kamu seorang. Tak kan kuijinkan siapapun
menggantikanmu”
“Gombal….gombal”
Mereka berpelukan.
Maia menangis.
“Kok nangis?”
Baim menyeka airmata Maia.
“Yah..namanya juga
perpisahan. Nggak afdol kalau nggak pake acara nangis. Nggak
enak jauh dari kamu “. Huu..hu..hu..(nangis).
“Sama. Nggak enak
juga jauh dari kamu. Huu….(ikutan nangis).Aku mau do’a banyak-
banyak, agar kamu lulus jadi PNS”
“Makasih ya beib”
“Kamu harus
berjuang. Berusaha dengan keras !!“
Maia mengangguk.
“Kalau udah lulus
dan diterima, kita nikah yakkk!!”
“Idiihh…yang
udah ngebet nikah “ Maia mencubit perut Baim. Baim meringis.
”Habiss…udah
nggak tahan nih”.
“Kayaknya nggak
bisa deh beib. Setelah diterima, ada ikatan dinas selama dua tahun .
Dan dalam dua tahun itu tidak boleh nikah dulu “
“Hahh…keburu
kamu di samber orang. Atau malah kamu lupa sama aku “
“Nggak lah beib.
Setelah apa yang kamu lakukan padaku, bagaimana aku bisa berpaling”
“Emang aku
ngapain?” Baim tertawa malu.
Maia mencubit sekali
lagi.”Dasar nakal”
Malam ini adalah
malam perpisahan.
Esok harinya Maia
berangkat ke Jakarta.
**
Dua minggu berlalu.
Maia susah dihubungi. Satu- satunya berita hanya dari orang tua Maia.
Itupun sangat terbatas. Konon di Jakarta sana, peserta terakhir CPNS
digodok di Basecamp. Diisolasi dari dunia luar. Mental mereka di
tatar agar menjadi pribadi yang siap berkorban demi kejayaan
Indonesia. Pribadi yang tidak cengeng, pribadi yang siap berjuang
segenap jiwa raga untuk membangun Indonesia Raya.
Mental yang
sepatutnya di miliki segenap warga Negara.
Satu- satunya mental
yang kian terpuruk adalah mental Baim. Dilanda rindu yang amat
sangat. Dan kesepian. Tanpa Maia dunia terasa hampa. Kosong tanpa
isi, merana tanpa ceria.
Baim jadi sering
melamun. Dan ini bikin orang tuanya khawatir. Lama- lama bisa
kesambet tuh anak. Bengong melulu.
“Baim. Main sana
sama teman- teman. Jangan di rumah aja. Cari udara segar gitu kek !!”
kata Ibunya dengan sayang.
Baim ogah.
“Trus sampai kapan
sayang ? Kamu seperti itu ? “
“Sampai Maia
kembali “
“Masih lama
.Ayo..anak muda jangan letoy gitu. Main sana !!!! “
Dengan terpaksa Baim
keluar rumah.
“Lha..kok malah
bengong di depan sini ?”(Baim melamun di halaman rumah. Jadi cuman
pindah tempat aja…)
“Katanya tadi
suruh keluar rumah ?”
“Maksudnya nggak
gitu sayaaang… !!! Main sono..yang jauh. Sama teman- teman !” Ibu
menghardik.
“Ibu kok nggak
seneng anak betah di rumah sih ?” Baim agak jengkel.
“Nggak gitu juga
sayaaaaang….”
Baim masuk rumah,
ganti baju yang pantas kemudian mengeluarkan sepeda motor bebek
kesayangannya.
“Mau kemana ?
Ehh..maksud Ibu ke rumah siapa ?”
“(Yah…tadi
disuruh keluar. Mau keluar malah ditanya mo kemana. Repot sama orang
tua) “batin Baim.
“Nggak tahu
…jalan- jalan aja dulu “
“Yo wes…hati-
hati !”
Baim mencium tangan
sang Ibu. Setelah mengucapkan salam, dia-pun ngeloyor pergi.
Ibu geleng- geleng
kepala kayak orang India.
“Maia..Maia. Apa
yang sudah kau lakukan pada anakku ?”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar