Selasa, 19 April 2016

Maia oh Maia....apa yang sudah kau lakukan pada anakku ???

Maia oh….Maia
Sales : Baim

Part 1

 
Sejak kuliah, baim menjalin hubungan dengan Maia. Dan hubungan ini-pun direstui kedua orang tua masing- msing. Baim sangat akrab dengan keluarga Maia, begitu juga Maia sudah diterima bagai anak sendiri oleh keluarga besar Baim. Mereka seolah sudah berjodoh.
Lulus kuliah, Maia melamar jadi PNS. Istilah kerennya CPNS.
Sedang Baim, karena sejak lama kerja sambil kuliah dia nggak perlu bingung cari kerja. Toh perusahaan tempat ia kerja lumayan bonafit, gaji lumayan dan prospek cerah. Baim betah kerja di sini.
Tinggal Maia. Tak henti- hentinya Baim membesarkan hati dan kasih suntikan semangat. Ujian jadi PNS tuh ternyata melelahkan. Butuh tenaga extra, ketabahan dan kesabaran. Penyaringan bisa memakan waktu berbulan- bulan. Alhamdulillah, Maia selalu di beri kelancaran.

Dia selalu lulus tahap demi tahap.
Mendekati akhir seleksi, ujian sering dilakukan di luar kota. Kadang di Malang, Bogor, Cirebon dan lain- lain.
“Emang di tes apaan sih. Kok sampai lama gitu ?” kadang Baim tanya.
“Buanyak deh pokoknya. Kamu nggak bakal ngerti walau kujelasin satu- satu “
“Ya udah deh…asal kamu-nya nggak disuruh telanjang aja” Baim khawatir.
“Emang ada tes PNS kayak gitu ?”
“Ada, TNI, POLISI. Tes keperjakaan lah, tes keperawanan lah..”
“Hi..hi..hi. Nggak sampai seperti itu kok. Ini lebih ke arah akademis, pengetahuan umum, undang- undang, kewarganegaraan dan masih banyak lagi”
“Emang kamu bisa?”
“Bisa dooo….ng. Makanya do’ain aku ya..!!! Agar ini semua segera selesai dan aku diterima jadi PNS!!”
“Amiiin. Aku do’ain terus kok. Apa sih yang nggak buat kamu”
“Cieeee…Ngerayu nih “
Mereka tertawa bersama.
Akhir-akhir ini mereka jadi jarang ketemu. Dan itu terasa beda. Kadang ada rasa canggung. Tertawa bersama seolah menjadi pemersatu hati. Buang jauh- jauh rasa curiga dan pertengkaran.
**
Suatu hari.
“Beib…besok aku ke Jakarta. Ujian terakhir. Do’akan aku ya …” Maia berpamitan ke Baim.
“Lho beib. Kok mendadak sih..” protes Baim.
“Panggilan tes juga mendadak”
“Yah..mau gimana lagi beib. (Baim lalu menyenandungkan sebuah lagu karya sang Maestro : Chrisye…”
Pergilah kasih kejarlah keinginanmu …
Selagi masih ada waktu..uuu….
Jangan hiraukan diriku..
Aku rela berpisah…demi untuk dirimu
Semoga tercapai segala keinginanmu..
Kejarlah keinginanmuu…..
( Dalam benak Baim, terbayang dia dan Maia berada di suatu padang rumput yang luas di sore hari. Siluet cahaya mentari sore membuat Maia tampak cantik dengan balutan kebaya sutra putih. Maia mencium tangan Baim, ucapkan kata perpisahan. Pergi ke Ibukota untuk mencapai cita- cita. Baim memeluk Maia erat seolah tak mau terpisah. Air mata menitik. Berat rasanya perpisahan ini. Maia melangkah pergi, Baim berusaha mengejar ..tapi Maia semakin menjauh. “Maia……..” teriak Baim. Maia menoleh ke belakang. Isak tangis masih menghiasi wajahnya. Tangannya melambai…”selamat tinggal kasih…dinda pergi dulu..jaga cinta dinda, jangan kanda sia- siakan. Ohhh” )
“Woooeeeiii…malah ngelamun “ Maia mengibaskan jemarinya di muka Baim. Baim tersadar.
“Berat hati ini melepas dirimu. Siapa yang bakal nemenin kamu. Trus siapa juga yang menemani aku” Baim merajuk.
“Duh..kayak ditinggal minggat aja. Kan cuman tiga bulan “
“Tiga bulan beib?” Baim melongo.
“Trus kemana harus kulabuhkan segala rasa rindu selama tiga bulan ini ? Tanpa dirimu hidupku pasti hampa ” Baim merayu.
“Hallah..Gombal. Awas ya kalau kamu selingkuh. Bakal ku ..(Maia memperagakan gaya meng-uleg sambel ”
“Tenang aja beib. Di hati ini hanya kamu seorang. Tak kan kuijinkan siapapun menggantikanmu”
“Gombal….gombal”
Mereka berpelukan. Maia menangis.
“Kok nangis?” Baim menyeka airmata Maia.
“Yah..namanya juga perpisahan. Nggak afdol kalau nggak pake acara nangis. Nggak enak jauh dari kamu “. Huu..hu..hu..(nangis).
“Sama. Nggak enak juga jauh dari kamu. Huu….(ikutan nangis).Aku mau do’a banyak- banyak, agar kamu lulus jadi PNS”
“Makasih ya beib”
“Kamu harus berjuang. Berusaha dengan keras !!“
Maia mengangguk.
“Kalau udah lulus dan diterima, kita nikah yakkk!!”
“Idiihh…yang udah ngebet nikah “ Maia mencubit perut Baim. Baim meringis.
”Habiss…udah nggak tahan nih”.
“Kayaknya nggak bisa deh beib. Setelah diterima, ada ikatan dinas selama dua tahun . Dan dalam dua tahun itu tidak boleh nikah dulu “
“Hahh…keburu kamu di samber orang. Atau malah kamu lupa sama aku “
“Nggak lah beib. Setelah apa yang kamu lakukan padaku, bagaimana aku bisa berpaling”
“Emang aku ngapain?” Baim tertawa malu.
Maia mencubit sekali lagi.”Dasar nakal”
Malam ini adalah malam perpisahan.
Esok harinya Maia berangkat ke Jakarta.
**
Dua minggu berlalu. Maia susah dihubungi. Satu- satunya berita hanya dari orang tua Maia. Itupun sangat terbatas. Konon di Jakarta sana, peserta terakhir CPNS digodok di Basecamp. Diisolasi dari dunia luar. Mental mereka di tatar agar menjadi pribadi yang siap berkorban demi kejayaan Indonesia. Pribadi yang tidak cengeng, pribadi yang siap berjuang segenap jiwa raga untuk membangun Indonesia Raya.
Mental yang sepatutnya di miliki segenap warga Negara.
Satu- satunya mental yang kian terpuruk adalah mental Baim. Dilanda rindu yang amat sangat. Dan kesepian. Tanpa Maia dunia terasa hampa. Kosong tanpa isi, merana tanpa ceria.
Baim jadi sering melamun. Dan ini bikin orang tuanya khawatir. Lama- lama bisa kesambet tuh anak. Bengong melulu.
“Baim. Main sana sama teman- teman. Jangan di rumah aja. Cari udara segar gitu kek !!” kata Ibunya dengan sayang.
Baim ogah.
“Trus sampai kapan sayang ? Kamu seperti itu ? “
“Sampai Maia kembali “
“Masih lama .Ayo..anak muda jangan letoy gitu. Main sana !!!! “
Dengan terpaksa Baim keluar rumah.
“Lha..kok malah bengong di depan sini ?”(Baim melamun di halaman rumah. Jadi cuman pindah tempat aja…)
“Katanya tadi suruh keluar rumah ?”
“Maksudnya nggak gitu sayaaang… !!! Main sono..yang jauh. Sama teman- teman !” Ibu menghardik.
“Ibu kok nggak seneng anak betah di rumah sih ?” Baim agak jengkel.
“Nggak gitu juga sayaaaaang….”
Baim masuk rumah, ganti baju yang pantas kemudian mengeluarkan sepeda motor bebek kesayangannya.
“Mau kemana ? Ehh..maksud Ibu ke rumah siapa ?”
“(Yah…tadi disuruh keluar. Mau keluar malah ditanya mo kemana. Repot sama orang tua) “batin Baim.
“Nggak tahu …jalan- jalan aja dulu “
Yo wes…hati- hati !”
Baim mencium tangan sang Ibu. Setelah mengucapkan salam, dia-pun ngeloyor pergi.
Ibu geleng- geleng kepala kayak orang India.
“Maia..Maia. Apa yang sudah kau lakukan pada anakku ?”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar