Meeting oh..meeting.
Sales : Ko Tiok
Sejak Pak Ridho
undur diri dari perusahaan, posisi sales manager jadi kosong. Siapakah gerangan
penggantinya ? Apakah orang luar lagi ? Atau akan memunculkan nama- nama dari
orang dalam ? Kalau orang dalam, harapan hanya ada di Ko Tiok. Sebab siapa lagi
?
Selalu
mengandalkan orang luar sepertinya bukan pilihan yang bagus. Orang luar selalu
butuh untuk adaptasi. Dan pasti selalu butuh pembelajaran lagi. Dan itu makan
waktu. Padahal saat ini kita dituntut untuk berlari, bukan untuk selalu kembali
posisi start.
Dan lagipula jika
Tiok yag dingkat jadi sales manager, itu bagus untuk memotivasi tiap pekerja
bahwa tidak ada prestasi yang mentok di perusahaan ini.
Tiok sendiri saat
di klarifikasi akan hal ini hanya senyam- senyum saja. Sales manager ?
Samasekali nggak kebayang di kepala. Tiok tahu betul betapa tersiksanya orang-
orang yang menduduki jabatan penting.
HRD Manager,
Factory Manager silih berganti memanggil Tiok. Entah jampi- jampi apa yang
mereka pakai sehingga Tiok dengan mudahnya mengatakan “siap” untuk mengemban
amanah ini.
Padhal dari rumah
Tiok sudah bertekat sepenuh hati untuk menolak tawaran itu.
Tapi iming – iming
fasilitas yang lebih, kata- kata “dijalani saja dulu, toh jika gagal paling
tidak anda sudah berusaha “ kata- kata yang cukup membesarkan hati Tiok untuk
tetap berusaha.
Bagus sih…tapi
Tiok akan kehilangan banyak kesenangan sebagai staff biasa. Resiko sudah
diambil. Tiok menerima tantangan itu.
Suatu hari jam 09:30
“Tiok, ayo
meeting….” Pak Harry berteriak dari pintu ruangan Sales. Pak Harry adalah
Factory Manager.
“Meeting apa pak
?“ Tanya Tiok. Beban kerja penurunan order masih sangat banyak dan Tiok saat
ini butuh konsentrasi penuh.
“Banyak
lah…..intake, pengiriman, keterlambatan produksi, salah PO dll . Ayoo!!”
Dengan terpaksa
Tiok memenuhi panggilan itu.
Di ruang meeting
sudah menunggu para supervisor dari berbagai divisi, mulai ppic, produksi,
finishing, distribusi dll. Orang penting semua.
Meetig dimulai.
Ada saja yang dibahas. Semua menyampaikan pendapat dan usulan demi kebaikan
perusahaan.
Satu setengah jam
berlalu. Rumusan keputusan sudah diambil untuk dilaksanakan hari itu sampai
besok. Semua divisi wajib menjalankan apa- apa yang sudah diputuskan hari ini.
Jika tidak, tanggung sendiri akibatnya.Tim ini percaya bahwa pencapaian target
bulanan sama dengan pencapaian target harian. Jika tiap hari sudah mencapai
target, otomatis target bulanan juga
tercapai. Pemenuhan target menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Hari ini Tiok
mulai mengenal Daily Meeting. Biasanya itu tugas Sales Manager.
Sudah pukul 11:15
daily meeting bubar. Tiok merasa perut mulai keroncongan.
Dia segera kembali
keruangan untuk mengerjakan apa- apa
yang tertinggal tadi pagi. Bisa bahaya kalau nggak segera dikerjakan. Order
bisa telat kirim semua.
Baru saja Tiok
memeriksa satu desain, Tulus datang.
“Ko ..ada masalah
nih “
Tiok menghentikan
kerjanya. Dia siap mendengarkan. Karena tugas Manager salah satunya adalah
mendengarkan.
“Salah turun order
? Kok bisa ?”
Yah…walau
seharusnya hal konyol semacam ini tidak boleh terjadi, tapi kenyataannya masih
sering terjadi. Hanya karena tidak kontrol, tidak cek dengan seksama, atau
garis besarnya LALAI.
Tiok mencatat
dalam Notes-nya.
Di panggilnya
Aris, staff internal sales. Diperintahka untuk membuat BERITA ACARA perihal
salh turun order ini.
Oke, kerjaan sudah kudelegasikan sekarang wktunya makan. Tiok keluar
kantor menuju warung makan langganannya.
Baru saja memesan makanan
dan duduk, sebuah panggilan masuk. Pak Harry.
“Halo..ya pak “Tiok menjawab panggilan.
“Tiok..kamu dimana
?”
“Ini mau makan
pak”
“Segera balik
ya..ada meeting lagi. Penting “
“Lho pak..tadi kan
sudah ?”
“Ini membahsa hal
lain. Penting !”
KLIKK. Sambungan
di tutup.
“Bangsat” maki
Tiok dalam hati. Masih masa percobaan jadi manager aja sudah kayak gini,
apalagi jadi manajer betulan ? Tiok geleng- geleng kepala. Ada rasa sesal
mengapa dia mau saja menerima tawaran jadi manajer. Tentu tidak akan sengsara
seperti ini.
Selesai makan Tiok
segera balik ke pabrik. Hal yang selama bekerja jadi sales nggak pernah dia
lakukan. Biasanya selesai makan ya langsung cabut…entah kunjungan ke pelanggan,
cari order, atau nonton bioskop. Pokoknya keluar.
Rupanya ada
kujungan dari orang HO (head office).
Di dalam meeting Tiok ikut nimbrung mendengarkan pengarahan dan penjelasan dari
orang HO tersebut.
Meetig berlangsung
sampai jam 15:15
Hadeewww…Tiok
merasa pegal- pegal.
Dengan malas dia
kembali ke meja kerja. Mau mengerjakan order yang tertiggal tadi.
Pak Ernest sang
manajer produksi menghampirinya.
“Pak Tiok,
berkaitan dengan order- order baru yag sales turunkan..ada baiknya kita meeting
khusus untuk hal ini pak. Agar tidak terjadi gagal proses dan gagal produk yang
ujung- ujugnya barang rusak. Kita harus menekan hal ini” Ernest menjelaskan.
Tiok terdiam
sesaat. Geram sekali rasanya. Meeting lagi – meeting lagi. Kapan selesainya ?
“Bisa pak ?”
Ernest mendesak.
“Kapak pak ?” Tiok
menjawab.
“Lebih cepat lebih
baik. Kebetulan tim produksi ada meeting sampai jam 16:00, kita langsung aja
pak “
“Oke “
Tiok bersama pak
Ernest menuju ke dalam pabrik dimana divisi produksi berada.
Meeting ke tiga di
hari yang sama. Tiok pasrah .
Masalh order dia
lupakan.
Dia mendedikasikan
bahwa hari ini adalah hari meeting.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar