Selasa, 05 April 2016

Lima Sales Geblek dalam episode Meeeting oh Meeting



Meeting oh..meeting.
Sales : Ko Tiok

Sejak Pak Ridho undur diri dari perusahaan, posisi sales manager jadi kosong. Siapakah gerangan penggantinya ? Apakah orang luar lagi ? Atau akan memunculkan nama- nama dari orang dalam ? Kalau orang dalam, harapan hanya ada di Ko Tiok. Sebab siapa lagi ?
Selalu mengandalkan orang luar sepertinya bukan pilihan yang bagus. Orang luar selalu butuh untuk adaptasi. Dan pasti selalu butuh pembelajaran lagi. Dan itu makan waktu. Padahal saat ini kita dituntut untuk berlari, bukan untuk selalu kembali posisi start.
Dan lagipula jika Tiok yag dingkat jadi sales manager, itu bagus untuk memotivasi tiap pekerja bahwa tidak ada prestasi yang mentok di perusahaan ini.

Tiok sendiri saat di klarifikasi akan hal ini hanya senyam- senyum saja. Sales manager ? Samasekali nggak kebayang di kepala. Tiok tahu betul betapa tersiksanya orang- orang yang menduduki jabatan penting.
HRD Manager, Factory Manager silih berganti memanggil Tiok. Entah jampi- jampi apa yang mereka pakai sehingga Tiok dengan mudahnya mengatakan “siap” untuk mengemban amanah ini.
Padhal dari rumah Tiok sudah bertekat sepenuh hati untuk menolak tawaran itu.
Tapi iming – iming fasilitas yang lebih, kata- kata “dijalani saja dulu, toh jika gagal paling tidak anda sudah berusaha “ kata- kata yang cukup membesarkan hati Tiok untuk tetap berusaha.
Bagus sih…tapi Tiok akan kehilangan banyak kesenangan sebagai staff biasa. Resiko sudah diambil. Tiok menerima tantangan itu.
 Suatu hari jam 09:30
“Tiok, ayo meeting….” Pak Harry berteriak dari pintu ruangan Sales. Pak Harry adalah Factory Manager.
“Meeting apa pak ?“ Tanya Tiok. Beban kerja penurunan order masih sangat banyak dan Tiok saat ini butuh konsentrasi penuh.
“Banyak lah…..intake, pengiriman, keterlambatan produksi, salah PO dll . Ayoo!!”
Dengan terpaksa Tiok memenuhi panggilan itu.
Di ruang meeting sudah menunggu para supervisor dari berbagai divisi, mulai ppic, produksi, finishing, distribusi dll. Orang penting semua.
Meetig dimulai. Ada saja yang dibahas. Semua menyampaikan pendapat dan usulan demi kebaikan perusahaan.
Satu setengah jam berlalu. Rumusan keputusan sudah diambil untuk dilaksanakan hari itu sampai besok. Semua divisi wajib menjalankan apa- apa yang sudah diputuskan hari ini. Jika tidak, tanggung sendiri akibatnya.Tim ini percaya bahwa pencapaian target bulanan sama dengan pencapaian target harian. Jika tiap hari sudah mencapai target, otomatis  target bulanan juga tercapai. Pemenuhan target menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Hari ini Tiok mulai mengenal Daily Meeting. Biasanya itu tugas Sales Manager.
Sudah pukul 11:15 daily meeting bubar. Tiok merasa perut mulai keroncongan.
Dia segera kembali keruangan untuk  mengerjakan apa- apa yang tertinggal tadi pagi. Bisa bahaya kalau nggak segera dikerjakan. Order bisa telat kirim semua.
Baru saja Tiok memeriksa satu desain, Tulus datang.
“Ko ..ada masalah nih “
Tiok menghentikan kerjanya. Dia siap mendengarkan. Karena tugas Manager salah satunya adalah mendengarkan.
“Salah turun order ? Kok bisa ?”
Yah…walau seharusnya hal konyol semacam ini tidak boleh terjadi, tapi kenyataannya masih sering terjadi. Hanya karena tidak kontrol, tidak cek dengan seksama, atau garis besarnya LALAI.
Tiok mencatat dalam Notes-nya.
Di panggilnya Aris, staff internal sales. Diperintahka untuk membuat BERITA ACARA perihal salh turun order ini.
Oke, kerjaan sudah kudelegasikan sekarang wktunya makan. Tiok keluar kantor menuju warung makan langganannya.
Baru saja memesan makanan dan duduk, sebuah panggilan masuk. Pak Harry.
 “Halo..ya pak “Tiok menjawab panggilan.
“Tiok..kamu dimana ?”
“Ini mau makan pak”
“Segera balik ya..ada meeting lagi. Penting “
“Lho pak..tadi kan sudah ?”
“Ini membahsa hal lain. Penting !”
KLIKK. Sambungan di tutup.
“Bangsat” maki Tiok dalam hati. Masih masa percobaan jadi manager aja sudah kayak gini, apalagi jadi manajer betulan ? Tiok geleng- geleng kepala. Ada rasa sesal mengapa dia mau saja menerima tawaran jadi manajer. Tentu tidak akan sengsara seperti ini.
Selesai makan Tiok segera balik ke pabrik. Hal yang selama bekerja jadi sales nggak pernah dia lakukan. Biasanya selesai makan ya langsung cabut…entah kunjungan ke pelanggan, cari order, atau nonton bioskop. Pokoknya keluar.
Rupanya ada kujungan dari orang HO (head office). Di dalam meeting Tiok ikut nimbrung mendengarkan pengarahan dan penjelasan dari orang HO tersebut.
Meetig berlangsung sampai jam 15:15
Hadeewww…Tiok merasa pegal- pegal.
Dengan malas dia kembali ke meja kerja. Mau mengerjakan order yang tertiggal tadi.
Pak Ernest sang manajer produksi menghampirinya.
“Pak Tiok, berkaitan dengan order- order baru yag sales turunkan..ada baiknya kita meeting khusus untuk hal ini pak. Agar tidak terjadi gagal proses dan gagal produk yang ujung- ujugnya barang rusak. Kita harus menekan hal ini” Ernest menjelaskan.
Tiok terdiam sesaat. Geram sekali rasanya. Meeting lagi – meeting lagi. Kapan selesainya ?
“Bisa pak ?” Ernest mendesak.
“Kapak pak ?” Tiok menjawab.
“Lebih cepat lebih baik. Kebetulan tim produksi ada meeting sampai jam 16:00, kita langsung aja pak “
“Oke “
Tiok bersama pak Ernest menuju ke dalam pabrik dimana divisi produksi berada.
Meeting ke tiga di hari yang sama. Tiok pasrah .
Masalh order dia lupakan.
Dia mendedikasikan bahwa hari ini adalah hari meeting.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar