Hikmah Seember air
Sales : Norman
Kisah ini terjadi sepuluh tahun yang lalu ketika Norman menjadi seorang
anak kost.
Kamar yang dia tempati sama seperti
kost- kost murah lainnya : sumpek , kumuh, nggak nyaman dan selalu kena banjir.
Banjirnya nggak tanggung- tanggung, kadang sampai sepinggang.
Lemari, dipan dan semua barang- barang dalam kamar kost pada tenggelam.
Mau tidur juga susah.
Biasanya Norman akan mengungsi ke kost teman yang di posisi tingkat.
Berdesak- desakkan nggak papa yang penting bisa tidur.
Penderitaan nggak berhenti sampai di situ. Sumur dan toilet otomatis
juga terendam banjir. Trus gimana mandinya ? Gimana bokernya ? Lha wong
tertutup air semua.
Nggak ada cara lain, musti ngungsi juga ke tempat lain. Kadang Norman
bela- belain ke SPBU terdekat. Itupun selalu antri dan airnya sering mampet.
Deww...sengsara deh pokoknya.
Untung setahun belakangan ini ada
TOILET UMUM di gang sebelah. Toilet ini dibangun lebih tinggi dibanding rumah
sekitar sehingga bebas banjir. Dan berbondong- bondonglah orang- orang ke
Toilet Umum. Antrinyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…………….MasyaAllah.
Kalau perut lagi error dan sering boker mendingan nggak antri di
sini. Dijamin 100 % boker di celana.
Yang menambah seramnya pemandangan saat banjir ialah nggak sepenuhnya
warga kost tahu diri. Udah tahu WC meluap, tetap aja dia boker di situ.
Akibatnya pisang goreng tak bertuan ini sering kelayapan menuju gang-
gang depan kamar kost.
Hiiiii….Jijikkk…..Hueeekkkkkk !!!! Awalnya, Norman muntah – muntah melihat ini. Dan sekarang ? ?? Masih muntah
juga sihhh (truss…apa bedanya ???)
Karena seringnya numpang tidur ke kamar teman, Norman kadang sungkan.
Dia coba tidur di kamar sendiri. Diapn dia ganjjal dengan paving.
Diganjalnya dengan tujuh paving. Wuihh…jadi tinggi. Dan dipan bisa untuk
tidur. Gembira hati Norman. Segera dia merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.
Tak beberapa lama, Norman merasakan sesuatu merayap ke kaki maupun kepalanya. Reflek
Norman terbangun. Pemandangan di atas dipan lebih ngeri dari yang dia duga.
Kecoa, lipan , kelabang pada ikut naik ke atas dipan. Dipan menjadi
tempat pengungsian para kecoa. Hiiiyyyy….Sejak itu Norman lebih memilih numpang
tidur di kost tingkat.
Di kamar kost, Norman hanya memiliki sedikit perabot. Saking sedikitnya
hingga hampir mendekati nggak punya apapun. Perabot itu antara lain : lemari kain peninggalan penghuni terdahulu,
yang sudah reot sehingga sekali sentil aja roboh. Tapi Norman sayang untuk
membuangnya. “Biar jadi bukti sejarah “ katanya.
Kemudian ada TV tua, radio kecil dan dua bak cuci. Bak cuci ini Norman
sendiri yang beli.
Bak ini banyak manfaatnya. Selain untuk mencuci , juga untuk tempat
pakaian ketika banjir kayak gini. Sehingga mengapunglah sang bak cuci di dalam
kamar. Kadang berayun- ayun seperti kapal kena ombak . Norman jadi teringat
kisah Nabi Nuh dengan bahteranya yang selamat dari banjir besar. Pastilah saat
itu Nabi Nuh dan kapalnya terayun- ayun seperti bak cuci ini.
Teror berikutnya saat banjir yaitu kutu air. Setelah dua tiga hari
berkecimpung banjir, sela – sela jari kaki melepuh. Rasanya perih sekali.
Norman merasakan kakinya serasa basah dan lengket setiap memakai sepatu. Dan
saat sepatu dilepas….Bussshhhhh….pingsanlah satu kampong (wkwkwkwkwk). Baunya
bener- bener “Hadewww…”. Sehingga Norman selalu menjauh kalau mau buka sepatu.
Takut orang di sekitarnya pingsan.
Satu lagi sensasi kutu air yang Norman rasakan, yaitu setelah buka kaos
kaki. Selain baunya yang “khas”, ada juga rasa lengket . Jemari kakinya seperti
jadi satu. Dan ketika jemari kaki direnggangkan...ada rasa gatal, perih dan
lengket gimana gitu… . Sukar dilukiskan. Tapi menyenangkan. Norman sering
melakukan acara jemari direnggangkan sampai rasa lengketnya hilang.
Seorang teman menyarankan agar sebelum pakai kaos kaki dan sepatu,
jemari kaki ditaburi dengan bedak Salicyl yang ada cap Gajah-nya. Dan ternyata
cukup manjur, kutu air minggat dan bau tak sedap di kaki pun hilang. Sehingga
Norman jadi cukup pede untuk lepas sepatu di manapun. Sejak itu, urusan kutu
air Norman percaya dengan bedak Salicyl.
Teror berikutnya yaitu saat mandi. Sudah di ceritakan di atas bahwa
sumur pun terendam banjir. Otomatis airnya sama seperti air banjir. Nggak layak
untuk mandi. Terpaksa harus antri di
Toilet Umum atau beli air PDAM seharga Rp. 200/ember. Norman memilih yang
kedua, karena kalau antri pasti lama. Buang- buang waktu.
Untuk kebutuhan mandi biasanya butuh 3 sampai 4 ember air. Namun karena
Norman malas balik lagi ke tempat pengambilan air PDAM, dia coba mandi dengan
seember air ini. Semoga aja cukup.
Dan inilah keajaiban yang dialami Norman. Air satu ember itu ternyata
cukup untuk mandi, bahkan keramas dan gosok gigi. Itupun air masih tersisa
sedikit untuk mengguyur kaki. Norman heran . Kok bisa???
Air satu bak cukup untuk mandi.
Air satu ember cukup untuk mandi.
Norman seperti menemukan sesuatu. Seperti apa ya ?? Semacam kesadaran
yang tinggi diikuti rasa takjub dan pemahaman. Norman nggak berani menyebutnya
“pencerahan”.
Norman seperti menemukan sesuatu. Bukan barang atau uang. Tapi sebuah
pemahaman. Dan Norman sangat senang dengan penemuannya ini.
Kok bisa seember air cukup untuk mandi ? Secara nalar pasti kurang. Tapi
Norman mengalami hal ini. Seolah, tanpa dia suruh seluruh indera dan anggota
tubuhnya menyesuaikan dan merasa cukup dengan apa yang ada. MasyaAllah.
“Sesuatu banget”
“Air satu bak cukup untuk mandi”
“Air satu ember cukup untuk mandi”
Norman senyum- senyum sendiri. Senang dan bahagia. Norman merasa bahwa
manusia sudah dirancang untuk bisa “cukup” dengan apa yang ada. Maka nikmatilah
dan syukurilah. Niscaya engkau akan menemukan kebahagiaan dimanapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar