Selasa, 05 April 2016

Lima Sales Geblek dalam episode Hikmah Se-ember Air



Hikmah Seember air
Sales : Norman

Kisah ini terjadi sepuluh tahun yang lalu ketika Norman menjadi seorang anak kost.
Kamar yang dia tempati sama seperti  kost- kost murah lainnya : sumpek , kumuh,  nggak nyaman dan selalu kena banjir. Banjirnya nggak tanggung- tanggung, kadang sampai sepinggang.
Lemari, dipan dan semua barang- barang dalam kamar kost pada tenggelam. Mau tidur juga susah.
Biasanya Norman akan mengungsi ke kost teman yang di posisi tingkat. Berdesak- desakkan nggak papa yang penting bisa tidur.

Penderitaan nggak berhenti sampai di situ. Sumur dan toilet otomatis juga terendam banjir. Trus gimana mandinya ? Gimana bokernya ? Lha wong tertutup air semua.
Nggak ada cara lain, musti ngungsi juga ke tempat lain. Kadang Norman bela- belain ke SPBU terdekat. Itupun selalu antri dan airnya sering mampet. Deww...sengsara deh pokoknya.
Untung setahun belakangan ini  ada TOILET UMUM di gang sebelah. Toilet ini dibangun lebih tinggi dibanding rumah sekitar sehingga bebas banjir. Dan berbondong- bondonglah orang- orang ke Toilet Umum. Antrinyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…………….MasyaAllah.
Kalau perut lagi error dan sering boker mendingan nggak antri di sini. Dijamin 100 % boker di celana.
Yang menambah seramnya pemandangan saat banjir ialah nggak sepenuhnya warga kost tahu diri. Udah tahu WC meluap, tetap aja dia boker di situ. Akibatnya pisang goreng tak bertuan ini sering kelayapan menuju gang- gang depan kamar kost.  Hiiiii….Jijikkk…..Hueeekkkkkk !!!! Awalnya, Norman muntah – muntah  melihat ini. Dan sekarang ? ?? Masih muntah juga sihhh (truss…apa bedanya ???)
Karena seringnya numpang tidur ke kamar teman, Norman kadang sungkan. Dia coba tidur di kamar sendiri. Diapn dia ganjjal dengan paving. Diganjalnya dengan tujuh paving. Wuihh…jadi tinggi. Dan dipan bisa untuk tidur. Gembira hati Norman. Segera dia merebahkan tubuhnya untuk beristirahat.
Tak beberapa lama, Norman merasakan sesuatu  merayap ke kaki maupun kepalanya. Reflek Norman terbangun. Pemandangan di atas dipan lebih ngeri dari yang dia duga.
Kecoa, lipan , kelabang pada ikut naik ke atas dipan. Dipan menjadi tempat pengungsian para kecoa. Hiiiyyyy….Sejak itu Norman lebih memilih numpang tidur di kost tingkat.
Di kamar kost, Norman hanya memiliki sedikit perabot. Saking sedikitnya hingga hampir mendekati nggak punya apapun. Perabot itu antara lain :  lemari kain peninggalan penghuni terdahulu, yang sudah reot sehingga sekali sentil aja roboh. Tapi Norman sayang untuk membuangnya. “Biar jadi bukti sejarah “ katanya.
Kemudian ada TV tua, radio kecil dan dua bak cuci. Bak cuci ini Norman sendiri yang beli.
Bak ini banyak manfaatnya. Selain untuk mencuci , juga untuk tempat pakaian ketika banjir kayak gini. Sehingga mengapunglah sang bak cuci di dalam kamar. Kadang berayun- ayun seperti kapal kena ombak . Norman jadi teringat kisah Nabi Nuh dengan bahteranya yang selamat dari banjir besar. Pastilah saat itu Nabi Nuh dan kapalnya terayun- ayun seperti bak cuci ini.
Teror berikutnya saat banjir yaitu kutu air. Setelah dua tiga hari berkecimpung banjir, sela – sela jari kaki melepuh. Rasanya perih sekali. Norman merasakan kakinya serasa basah dan lengket setiap memakai sepatu. Dan saat sepatu dilepas….Bussshhhhh….pingsanlah satu kampong (wkwkwkwkwk). Baunya bener- bener “Hadewww…”. Sehingga Norman selalu menjauh kalau mau buka sepatu. Takut orang di sekitarnya pingsan.
Satu lagi sensasi kutu air yang Norman rasakan, yaitu setelah buka kaos kaki. Selain baunya yang “khas”, ada juga rasa lengket . Jemari kakinya seperti jadi satu. Dan ketika jemari kaki direnggangkan...ada rasa gatal, perih dan lengket gimana gitu… . Sukar dilukiskan. Tapi menyenangkan. Norman sering melakukan acara jemari direnggangkan sampai rasa lengketnya hilang.
Seorang teman menyarankan agar sebelum pakai kaos kaki dan sepatu, jemari kaki ditaburi dengan bedak Salicyl yang ada cap Gajah-nya. Dan ternyata cukup manjur, kutu air minggat dan bau tak sedap di kaki pun hilang. Sehingga Norman jadi cukup pede untuk lepas sepatu di manapun. Sejak itu, urusan kutu air Norman percaya dengan bedak Salicyl.
Teror berikutnya yaitu saat mandi. Sudah di ceritakan di atas bahwa sumur pun terendam banjir. Otomatis airnya sama seperti air banjir. Nggak layak untuk mandi.  Terpaksa harus antri di Toilet Umum atau beli air PDAM seharga Rp. 200/ember. Norman memilih yang kedua, karena kalau antri pasti lama. Buang- buang waktu.
Untuk kebutuhan mandi biasanya butuh 3 sampai 4 ember air. Namun karena Norman malas balik lagi ke tempat pengambilan air PDAM, dia coba mandi dengan seember air ini. Semoga aja cukup.
Dan inilah keajaiban yang dialami Norman. Air satu ember itu ternyata cukup untuk mandi, bahkan keramas dan gosok gigi. Itupun air masih tersisa sedikit untuk mengguyur kaki. Norman heran . Kok bisa???
Air satu bak cukup untuk mandi.
Air satu ember cukup untuk mandi.
Norman seperti menemukan sesuatu. Seperti apa ya ?? Semacam kesadaran yang tinggi diikuti rasa takjub dan pemahaman. Norman nggak berani menyebutnya “pencerahan”.
Norman seperti menemukan sesuatu. Bukan barang atau uang. Tapi sebuah pemahaman. Dan Norman sangat senang dengan penemuannya ini.
Kok bisa seember air cukup untuk mandi ? Secara nalar pasti kurang. Tapi Norman mengalami hal ini. Seolah, tanpa dia suruh seluruh indera dan anggota tubuhnya menyesuaikan dan merasa cukup dengan apa yang ada. MasyaAllah. “Sesuatu banget”
“Air satu bak cukup untuk mandi”
“Air satu ember cukup untuk mandi”
Norman senyum- senyum sendiri. Senang dan bahagia. Norman merasa bahwa manusia sudah dirancang untuk bisa “cukup” dengan apa yang ada. Maka nikmatilah dan syukurilah. Niscaya engkau akan menemukan kebahagiaan dimanapun.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar